12 Oktober 2015, pukul 10.48 WIB, Kompas.com mengunggah berita berjudul
"Posting" Video Suami Meraba-raba Pembantu, Wanita Saudi Terancam Dibui
berita ini menempati posisi 1 berita terpopuler dan sampai opini ini dituliskan, telah dibaca sebanyak 30.616 kali.
Berita Terpopuler 1 Kompas.com 12 Oktober 2015 |
Apa isinya? Koq saya sampai bikin reviewnya segala? Apa menariknya coba?
Jadi begini. Ceritanya si istri memergoki suaminya (di rumah mereka loh) sedang bicara dengan pembantunya. Tapi kok makin lama makin memojokkan. Tangan mulai jahil, bibir monyong-monyong kurang kasih sayang. Si pembantu geleng-geleng, mengelak. Tapi si tuan lebih superior, terus saja maksa tanpa ampun. Mana tahan kalii?! Direkamlah sama si istri. Disebarin ke dunia maya. Tulisnya di bawah video pelecehan seksual suaminya:
"Hukuman Minimum bagi Suami Ini adalah dengan Membuatnya Jadi Malu".
Usut punya usut kabarnya video yang sempat menyebar luas di Arab Saudi ini sudah dihapus oleh empunya. Tapi, namanya juga medsos, video keburu menyebar. Keendus lah sama media, mengundang komentar dari publik. Salah satu yang dikutip, seorang pengacara terkenal di Saudi, Majid Qaroob, mengatakan kepada media setempat bahwa si istri bisa
menghadapi hukuman penjara atau denda besar jika ia didakwa dengan
pencemaran nama baik.
"Dia bisa menghadapi hukuman hingga satu tahun penjara atau denda 500.000 riyal atau Rp 1,7 miliar karena memfitnah suaminya sejalan dengan undang-undang tentang kejahatan teknologi informasi,"
Berita Terpopuler di Kompas.com pada 12 Oktober 2015 |
Gue cuma heran, bagaimana bisa seorang pengacara mengatakan bahwa si istri ini yang berpotensi menerima hukuman? Dengan tuduhan 'memfitnah' pula. Bagaimana bisa, dari sisi mana bisa dikatakan bahwa perbuatan si istri itu FITNAH? Bukankah peradilan selalu menjunjung tinggi putusan berdasarkan bukti otentik? Lalu apakah sebuah rekaman gambar dan suara yang sedemikian hidup ini cuma akal-akalan yang disutradarai sedemikian rupa oleh si istri sendiri? Menyutradarai film suami yang melecehkan pembantu mereka, di rumah cinta mereka sendiri? Katakan padaku, bagaimana bisa sebuah bukti juga adalah fitnah?!
Bagaimana bisa, media juga cuma mengusutnya dari sisi seorang pengacara yang bahkan tidak disewa untuk membela maupun memperkarakan kasus tersebut? Kemudian hanya membahas dari mata hukum patriarkat. Tidak bicara hak perempuan atau dari sisi perempuan di sana.
Okelah si istri keterlaluan karena menyebarkan hal privat ke publik dan dapat dituding melakukan pencemaran nama baik. Lalu mengapa tidak ada dari berita di atas yang membahas si pembantu yang dilecehkan? Bukankah ia korban? Selain si istri yang sebenarnya juga korban perselingkuhan dan pengkhianatan suaminya.
Apakah posisi perempuan sebegitu tidak berharganya di mata negara suci itu? Saya rasa Muhammad Anda tidak mengajarkan untuk melecehkan perempuan, bukan? Maaf, saya tidak pernah bermaksud melecehkan agama dan keyakinan maupun ras tertentu. Tapi kalian perlu melihat komentar yang tertera untuk berita di atas. Dan kalian akan tahu pesan apa yang sampai ke khalayak setelah membaca berita ini. Sehingga menurut saya, pantas untuk saya katakan hal tersebut di atas.
Beberapa komentar yang muncul untuk berita terpopuler di atas. |
Lagi-lagi saya bertanya-tanya. Apa ya hubungannya pelecehan seksual dengan kekafiran, kristenisasi, zionis, trik liberalisasi sampai konspirasi Amerika dan Israel??????
Sekadar tahu, terdapat 125 komen yang dituai dari naiknya berita tersebut. Mengapa orang-orang hanya bicara soal Pro Arab dan Anti Arab? Menurut saya bukan itu fokusnya. Ini pelecehan seksual. Fakta yang memang harus diberitakan. Enggak peduli Arab kek Amerika kek, Indonesia kek. Mengapa hanya memandang persoalan agama dan ras atau suku bangsa tertentu?? Padahal hal tersebut tidak dibahas atau terbersit sedikitpun dari isi pemberitaan? Adakah Kompas bicara soal "Arab, negara berpenduduk Muslim terbesar, tempat di mana kitab langit umat Islam turun?" Saya pastikan tidak. Bahkan pesan tersirat pun tidak.
Yang saya tangkap, berita di atas hendak mengunggah simpati dan kesadaran publik mengenai adanya pelecehan seksual yang terjadi pada dua orang perempuan. Dimana ada pergeseran budaya akibat kemajuan IPTEK yang menyebabkan saksi bisu bersuara di jaringan kasat mata dimensi maya.
Kalau si istri bisa dikomentari tidak taat agama, tidak dalam ilmu agamanya. Lalu apakah si suami, yang dalam video berusaha bercumbu dengan perempuan yang bukan mukhrimnya itu yang bisa disebut sebagai imam keluarga, tauladan dan orang yang kuat, tinggi dan dalam ilmu agamanya?
Kalau benar begitu pendapatan dunia tentang agama. Maka saya lebih baik tidak beragama. Saya lebih baik jadi kafir yang menjunjung tinggi kemanusiaan yang adil dan beradab, alih-alih ketuhanan yang maha pelecehan dan pembenaran.
Untuk apa mendalami agama dan membela mati-matian. Jika masih tidak bisa menentukan mana yang salah dan benar.
Mengapa berita buruk terkait Arab selalu dianggap sebagai berita kafir dan zionis, berita menyesatkan? Padahal kalau berita sejenis dikatakan dari negara Barat atau non muslim seperti AS, mereka akan membenarkan dan mengatai betapa kafirnya memang itu negara. Mereka akan bisa melihat bahwa pelecehan seksual yang dilakukan si Amerika memang suatu tindak kejahatan kemanusiaan dan layak sekali dihukum. Tapi kalau aktor Cabulnya orang Arab atau Muslim kesannya jadi terbalik. Malah jadi menuding adanya diskriminasi, SARA atau Islamofobia. Padahal enggak juga. Tergantung konteks dan isinya.
Jadi, tolong berhenti lah melakukan pembenaran-pembenaran subjektif nan inklusif. Tolong objektif dan fokus pada isu kemanusiaan yang diangkat. Kalau salah katakan salah. Kalau benar maka akui benar.
Sumber berita:
http://internasional.kompas.com/read/2015/10/12/10483201/.Posting.Video.Suami.Meraba-raba.Pembantu.Wanita.Saudi.Terancam.Dibui. Diakses 12 Oktober 2015.
No comments:
Post a Comment