Labels

Friday, April 22, 2016

SEKADAR TAHU_BILATERAL RI & Tunisia

Wapres RI Jusuf Kalla (kanan) bertemu dengan Menlu Tunisia Kheimaies Jhinaoui (kiri) di sela-sela KTT Luar Biasa OKI ke-5 di JCC Senayan, Jakarta pada 7 Maret 2016. [Sumber: https://www.oic-es2016.id/?p=photo]
Rata-rata hubungan bilateral berisi perjanjian kerja sama antar dua negara dalam bidang ekonomi, sosial, pendidikan dan budaya. Berikut ini beberapa informasi kunci bilateral antara Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan Republik Tunisia (Afrika Utara), berdasarkan Siaran Pers Kementerian Luar Negeri Indonesia No. 003/OIC-ES/03/16.

Isu bilateral antara Indonesia dan Tunisia
  1. Apresiasi bantuan Pemerintah Tunisia untuk relokasi KBRI Tripoli (Ibu Kota Libya) ke Pulau Djerba (Tunisia) dan repatriasi WNI dari Libya menuju Pulau Djerba;
  2. Mendorong kerja sama pemberantasan terorisme dan ekstremisme;
  3. Mengajak Tunisia untuk ikut menyebarkan pesan perdamaian dan toleransi melalui program Indonesia's Digital Initiative: Empowering Leaders of Peace through Digital Platform. Program inisiatif ini disampaikan Indonesia pada saat kunjungan Presiden RI Joko Widodo ke Amerika Serikat pada Februari 2016;
  4. Mendorong kerja sama peningkatan perdagangan bilateral;
  5. Mengundang perusahaan Tunisia untuk berinvestasi di Indonesia;
  6. Menyambut baik kerja sama di sektor migas;
  7. Mengharapkan kerja sama saling dukung di berbagai forum multilateral;
Selain ketujuh hal yang disetujui di atas pada kesempatan pertemuan antara Wakil Presiden RI Jusuf Kalla, didampingi Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) A.M. Fachir dan Menteri Luar Negeri (Menlu) Tunisia Kheimaies Jhinaoui, dalam acara Konferensi Tingkat Tinggi Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (KTT LB OKI) Kelima di Jakarta pada Senin, 7 Maret 2016, di bawah ini juga terdapat informasi pendukung mengenai pertukaran atau raihan kerja sama lainnya yang sudah terjalin bersama sejauh ini. 

Ketika kerja sama beriku dibuat, Wapres RI bertemu dengan Menlu Tunisia Taieb Baccouche di Bandung, pada peringatan 60 Tahun Konferensi Asia-Afrika (KAA) April 2015.

1. Nilai Perdagangan Bilateral
  • 2014: USD104,2 juta atau setara Rp1,374 miliar (dengan catatan, USD1 = Rp13.193,30), ini berarti RI memperoleh surplus sebesar USD60,817 juta atau setara Rp802,376 miliar;
  • 2015: USD77,1 juta atau setara Rp1,017 triliun, Indonesia dalam hal ini mendapat surplus sebesar USD34,725 juta atau setara Rp458,125 miliar.
Dibandingkan nilai perdagangan pada 2014, keuntungan perdagangan antara RI dan Tunisia mengalami penurunan drastis. Diduga ada hubungannya dengan kondisi politik dan keamanan dalam negeri Tunisia sendiri, yang memang tengak bergejolak pasca-efek domino Arab Spring 2011. Tunisia masih berupaya membangun stabilitas dan perdamaian dalam negeri.

2. Komoditi ekspor Indonesia ke Tunisia, meliputi oli dan pelumas, katun, peralatan optik, peralatan musik, bahan sintetis, karet dan turunannya, produk kertas, bahan kimia, tembakau, plastik dan produk turunannya, furniture, sepatu, kopi dan rempah-rempah.

3. Komoditi impor Indonesia dari Tunisia, antara lain kurma, jeruk, pupuk, rock phosphate, kaca, plastik dan minyak zaitun.

4. Investasi Indonesia di Tunisia mencapai USD 114 juta atau Rp1,503 triliun dalam sektor migas, sementara investasi Tunisia di Indonesia mencapai USD5,1 juta atau Rp67,2 miliar dalam sektor pariwisata.

5. Berdasarkan data Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Tunis, per Januari 2016, jumlah WNI di Tunisia sebanyak 161 orang. Sebagian besar berstatus pelajar dan mahasiswa, yakni sejumlah 89 orang.

Demikian dokumentasi Siaran Pers saya selama mengikuti KTT LB OKI kelima di Jakarta, yang membahas isu Palestina dan Al Quds Al Sharif (atau yang kita kenal dengan Kota Suci Yerusalem).

No comments:

Post a Comment