William Addison Dwiggins |
Kata
Desain Grafis pertama kali digunakan pada tahun 1922 di sebuah esai berjudul New Kind of Printing Calls for New Design
yang ditulis oleh William Addison Dwiggins, seorang desainer buku Amerika.
Sementara, Raffe's Graphic Design,
yang diterbitkan pada tahun 1927, dianggap sebagai buku pertama yang
menggunakan istilah desain grafis pada judulnya. (Wikipedia,
http://id.wikipedia.org/wiki/Desain_grafis)
Perkembangan
desain grafis tidak dapat dipungkiri, jelas berkaitan erat dengan perkembangan
media selain juga bergantung pada perkembangan teknologi desain. Pada mulanya,
desain grafis diterapkan hanya pada media-media statis, yakni media cetak.
(Wikipedia, http://id.wikipedia.org/wiki/Desain_grafis) Berdasarkan sejarahnya,
perkembangan desain grafis paling signifikan terjadi pada majalah.
Desain
grafis untuk majalah sangat berkembang sesudah masa perang di Amerika. Alexey
Brodovitch, art director dari majalah
Harper Bazaar, sejak 1934 sampai 1958, telah memelopori suatu pendekatan baru
desain majalah. Ia menciptakan sebuah pengalaman persepsi yang mengalir (flowing perceptual experience) bagi
pembaca majalahnya, yaitu dengan merancang variasi ukuran huruf dan
imaji-imaji, alternatif page yang
kompleks dengan layout sederhana
berisi area besar ruang kosong (white
space), dan menciptakan sebuah persepsi yang menyeluruh untuk gerak ritmis.
Keindahan desain Brodovitch telah ditingkatkan oleh regu kolaborator Bazaar,
termasuk oleh fotografer Richard Avedon.[1]
Periode
sehabis perang telah disebut sebagai “jaman keemasan” desain majalah, dimana
para direktur seni termasuk Henry Wolf (pada majalah Esquire dan Harper Bazaar)
dan Otto Storch (pada majalah Mccall) memperluas pendekatan imajinatif
Brodovitch ke layout halaman majalah
dengan format besar. Storch meyakini bahwa konsep, teks, huruf, dan imaji tidak
dapat dipisahkan dalam desain editorial, dan ia menerapkan keyakinan ini pada
halaman editorial majalah Mccall.[1]
Seperti
yang sudah disebutkan dalam latar belakang, ilmu desain grafis mencakup seni
visual, tipografi, tata letak dan desain interaksi. Seni menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) ialah keahlian membuat karya yang bermutu (dilihat dari
segi kehalusannya, keindahannya, dsb.); karya yang diciptakan dengan keahlian
yang luar biasa; kesanggupan akal untuk menciptakan sesuatu yang bernilai
tinggi (luar biasa). Visual berarti dapat dilihat dengan indera penglihatan
(mata). Jadi, seni visual ialah suatu karya bernilai tinggi dari segi keindahan
yang dapat dilihat oleh mata.
Tipografi
atau tata huruf merupakan suatu
ilmu dalam memilih dan menata huruf dengan pengaturan penyebarannya pada
ruang-ruang yang tersedia, untuk menciptakan kesan tertentu, sehingga dapat
menolong pembaca untuk mendapatkan kenyamanan membaca semaksimal mungkin. Dikenal
pula seni tipografi, yaitu karya atau desain yang menggunakan pengaturan huruf
sebagai elemen utama. Dalam seni tipografi, pengertian huruf sebagai lambang
bunyi bisa diabaikan. (Wikipedia, 2014: http://id.wikipedia.org/wiki/Tipografi)
Prinsip-prinsip
desain tipografi:
- Legibility: tingkat kemudahan mata mengenali suatu karakter, rupa huruf atau tulisan tanpa harus bersusah payah. Prinsip ini ditentukan oleh kerumitan desain huruf, seperti penggunaan siripan, kontras goresan; penggunaan warna dan frekuensi pengamat menemui huruf tersebut dalam kehidupan sehari-hari
- Readibility: tingkat kenyamanan atau kemudahan suatu susunan huruf saat dibaca, yang dipengaruhi oleh jenis huruf, ukuran, pengaturan (alur, spasi, kerning, perataan dan sebagainya), kontras warna terhadap latar belakang
Sumber: en.wikipedia.org |
Klasifikasi
rupa huruf berdasarkan sejarahnya, antara lain blackletter/old English/ textura (tulisan tangan gaya gothic di
Jerman dan gaya celtic di Irlandia); humanis/venetian
(tulisan tangan gaya romawi di Italia); rupa huruf serif seperti old style (huruf serif berupa metal type), transitional (rupa huruf serif atau rupa huruf raja), modern/didone, slab serif/egytian; sans serif (rupa huruf tanpa kait) seperti grotesque sans-serif, geometris sans-serif,
dan humanis sans-serif; display/dekoratif (berukuran besar,
biasa digunakan dalam dunia periklanan); script
(tulisan tangan sambung) dan cursive
(tulisan tangan tak sambung).
Sumber: urlaub-und-erlebnis.de |
Selain
itu ada juga klasifikasi yang berdasarkan bentuk rupa hurufnya:
- Roman, pada awalnya adalah kumpulan huruf kapital seperti yang biasa ditemui di pilar dan prasasti Romawi, namun kemudian definisinya berkembang menjadi seluruh huruf yang mempunyai ciri tegak dan didominasi garis lurus kaku.
- Serif, dengan ciri memiliki siripan di ujungnya. Selain membantu keterbacaan, siripan juga memudahkan saat huruf diukir ke batu.
- Egyptian, atau populer dengan sebutan slab serif. Cirinya adalah kaki/sirip/serif yang berbentuk persegi seperti papan dengan ketebalan yang sama atau hampir sama. Kesan yang ditimbulkan adalah kokoh, kuat, kekar dan stabil
- Sans Serif, dengan ciri tanpa sirip/serif, dan memiliki ketebalan huruf yang sama atau hampir sama. Kesan yang ditimbulkan oleh huruf jenis ini adalah modern, kontemporer dan efisien.
- Script, merupakan goresan tangan yang dikerjakan dengan pena, kuas atau pensil tajam dan biasanya miring ke kanan. Kesan yang ditimbulkannya adalah sifast pribadi dan akrab.
- Miscellaneous, merupakan pengembangan dari bentuk-bentuk yang sudah ada. Ditambah hiasan dan ornamen, atau garis-garis dekoratif. Kesan yang dimiliki adalah dekoratif dan ornamental. (Wikipedia, 2014: http://id.wikipedia.org/wiki/Tipografi)
Tata
letak (layout) merupakan usaha untuk
menyusun, menata, atau memadukan elemen-elemen atau unsur-unsur komunikasi
grafis (teks, gambar, tabel, dll) guna menjadikan komunikasi visual yang
komunikatif, estetik dan menarik. Tujuan utama layout adalah menampilkan elemen gambar dan teks agar menjadi
komunikatif dalam sebuah cara yang dapat memudahkan pembaca menerima informasi
yang disajikan. (Hakim, 2012:
http://loekmanulkim.wordpress.com/2012/03/19/tata-letak-layout/)
Desain
interaksi, yakni merancang produk interaktif untuk membantu manusia
berkomunikasi dan berinteraksi dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari.
Beberapa parameter yang dijadikan tolok ukur keberhasilan desain interaksi
adalah usability dan user experience. Terkait desain grafis
pada majalah, desain interaksi ialah suatu rancangan yang dapat memicu timbal
balik dari pembacanya.
Dalam
merancang grafis pada media statis, dalam hal ini majalah, perancang grafis
memerlukan keahlian lain dalam memadu-padankan ideologi majalah dengan desain
yang kreatif. Pada majalah-majalah remaja dan bertipe hiburan, desain grafis
lebih banyak memukau dan berkembang secara estetika. Lain halnya dengan majalah
berita, khususnya yang bergenre politik dan ekonomi. Oleh karena pembahasan
politik mengacu pada regulasi atau aturan, kebijakan dan kepentingan publik,
pembawaannya selalu serius. Sampai-sampai berpengaruh pada jenis penulisan,
pemilihan huruf dan tata letak yang kaku.
Hal
yang perlu diperhatikan pula dalam desain grafis pada majalah politik ialah
kentalnya keberpihakan media. Hal ini yang tengah marah terjadi di Indonesia,
khususnya terkait pemilihan presiden 2014. Agenda setting media menjadi
tantangan utama bagi para perancang grafis. Bagi yang berpihak tapi
sembunyi-sembunyi, mereka harus pandai-pandai menyarukan entah ilustrasi
ataupun framing pengambilan foto
kejadian.
Denis
McQuail mengutip definisi agenda setting
sebagai proses dimana perhatian relatif diberikan kepada item atau isu dalam
peliputan berita memengaruhi urutan peringkat dari kesadaran masyarakat
mengenai masalah dan atribusi yang signifikan. Terdapat 2 asumsi mendasar
mengenai pendekatan agenda setting media,
yakni masyarakat pers dan media massa tidak mencerminkan kenyataan; mereka
menyaring dan membentuk isu, dan konsentrasi media massa hanya pada beberapa
masalah masyarakat untuk ditayangkan sebagai isu-isu yang lebih penting dari
pada isu-isu lain. Sementara yang dimaksudkan dengan framing ialah sebuah proses yang
mana jurnalis, reporter, editor mengemas isu/kejadian menjadi sajian yang lebih
menyentuh dan lebih menarik.
Referensi:
Marhanim A.
Razak & Mohd. Shahrizal Dolah. (2007). Teks
STPM Seni Visual. Selangor: Oxford Fajar.
Susilana, dkk.
2009. Media pembelajaran: hakikat,
pengembangan, pemanfaatan dan penilaian. Bandung: CV Wacana Prima.
West, Richard;
Lynn H. Turner. 2007. Pengantar teori komunikasi:
analisis dan aplikasi edisi 3 buku 2. Jakarta: Salemba Humanika.
Wikipedia.
Desain grafis. <http://id.wikipedia.org/wiki/Desain_grafis>.
[Akses 12 Oktober 2014].
________. 2014.
Tipografi. http://id.wikipedia.org/wiki/Tipografi.
6 Mei 2014. [Akses 12 Oktober 2014].
[1] Couto, Nashbary. 2014. Perkembangan desain grafis 1945-1975 di Eropa dan Amerika dan pemikiran tokoh-tokohnya.
21 April 2014. <http://nasbahrygalleryedu.blogspot.com/2014/04/perkembangan-desain-grafis-1945-1975-di.html>.
[Akses 12 Oktober 2014].
No comments:
Post a Comment