Istilah
“Agenda Setting” sesungguhnya telah
dikenal sejak tahun 1922. Walter Lippmann, seorang wartawan politik Amerika
yang menonjol pada jamannya, disebut-sebut sebagai pelopor utama sudut pandang
adanya agenda tersendiri atau tertentu yang sengaja dirancang tiap-tiap media
massa. Melalui buku Public Opinion yang
dirilisnya mengenai teori agenda setting,
Lippmann mengemukakan konsep “the world
outside and the pictures in our heads”. Setali tiga uang dengan pernyataan
Socrates yang dikutip Plato dalam bukunya, “how
indirectly we know the environment in which nevertheless we live…but that
whatever we believe to be a true picture, we treat as if it were the
environment itself.” Bagaimanapun, media massa memiliki kekuatan untuk
memengaruhi publik baik secara koqnitif, afektif maupun konatif. Ada begitu
banyak peristiwa dan isu yang terjadi di dunia. Dan tidak semua kejadian
tersebut dapat disaksikan, didengar dan dirasakan langsung oleh semua orang.
Melalui media lah isu-isu yang terjadi di masyarakat dan dunia disalurkan
sehingga menjadi informasi dan konsumsi berita khalayak dan publik. Dengan kata
lain, media massa menjadi sumber utama gambaran-gambaran di benak khalayak
tentang dunia luar yang jauh dari jangkauan, pandangan dan pemikiran mayoritas
khalayak. Sebagian besar isu yang diketahui dan berkembang di publik adalah
isu-isu yang diangkat atau diberitakan oleh media massa.
Pelawak
kawakan Amerika Will Rogers bahkan pernah berkata, “All I know is just what I read in the newspapers.” Ya, pada
dasarnya memang hal-hal yang kita ketahui berasal dari informasi yang
disediakan dan disajikan oleh media massa.
Istilah
“Agenda Setting” kemudian
dipopulerkan pada tahun 1960-an. Akademisi jurnalisme Amerika Maxwell McCombs,
Donald Shaw dan David Weaver menjadi perumus utama teori agenda setting. Ketiganya melakukan studi
berdasarkan momentum tiga kali pemilu presiden di Amerika yang dilaksanakan
pada tahun 1968, 1972 dan 1976. Berdasarkan penelitian tahun 1968, mereka
berfokus pada 2 elemen utama yakni, kesadaran dan informasi. Menilik fungsi
agenda setting media massa, mereka
berusaha menganalisis hubungan antara topik yang dianggap penting oleh pemilih
dalam satu komunitas dengan aktual konten yang sedang diangkat media massa
Amerika selama masa kampanye presiden. Hasil penelitian mereka menunjukkan
bahwa media massa menggunakan pengaruh yang signifikan akan apa yang dirasakan
para pemilih sebagai isu mayoritas selama kampanye.
Pada
tahun 1963, Bernard Cohen pernah menyatakan, “The press may not be successful
much of time in telling people what to think, but it is stunningly successful
in telling its readers what to think about.” [Pers mungkin tidak selalu
berhasil mengatakan pada orang-orang apa yang harus dipikirkan, tetapi pers
dengan memukau berhasil mengatakan pada pembacanya apa yang harus mereka
pikirkan.]
Denis
McQuail mengutip definisi agenda setting
sebagai “proses dimana perhatian relatif diberikan kepada item atau isu dalam
peliputan berita memengaruhi urutan peringkat dari kesadaran masyarakat
mengenai masalah dan atribusi yang signifikan. Sebagai tambahan, kebijakan
publik pun dapat dipengaruhi.
Referensi:
Antoni.
2004. Riuhnya Persimpangan Itu: Profil dan Pemikiran Para Penggagas Kajian Ilmu
Komunikasi. Jakarta: Tiga Serangkai.
Freeland,
Amber M. 2012, 12 November. An Overview
of Agenda Setting Theory in Mass Communications [pdf]. Tersedia di:
https://www.academia.edu/3355260/An_Overview_of_Agenda_Setting_Theory_in_Mass_Communications.
[Akses: 25 Maret 2014].
McCombs,
Maxwell. 2013. Setting The Agenda: The Mass Media and Public Opinion. John
Wiley&sons.
No comments:
Post a Comment