Kamis, 16 Mei 2013 mahasiswa/i
Universitas Tarumanagara (Untar) dihebohkan dengan kehadiran Gubernur fenomenal,
Joko Widodo. Berpenampilan seadanya, kemeja putih dan celana bahan hitam,
Jokowi datang demi memenuhi undangan TKC (Tarumangara
Knowledge Center) memberi kuliah umum bertema “Pencitraan menuju Jakarta
Baru”.
Pesona Jokowi sungguh tiada
habisnya. Padatnya mahasiswa memenuhi ruang auditorium lantai 3 gedung utama
Untar menunjukkan betapa antusiasnya warga Untar ingin melihat dari dekat sosok
yang penuh senyum ini. Diikuti pula rombongan wartawan yang selalu menguntit
kemanapun sang gubernur melangkah.
Di sela sesi tanya jawab, seorang
mahasiswi bahkan mengakui kekagumannya akan sosok gubernur yang satu ini.
Mahasiswi bernama Novika itu sontak langsung dipanggil Jokowi dan diajak
berfoto bersama.
Era Kepemimpinan Horizon
Terpilihnya Jokowi dan Ahok yang
bukan warga asli Jakarta menunjukkan bahwa rakyat ibukota membutuhkan
perubahan. Bagi D.K.I. mereka adalah harapan untuk menata Jakarta menjadi lebih
baik lagi, Jakarta Baru.
Membangun birokrasi
yang melayani, membangun sistem, memperbaiki program dan melakukan kontrol yang ketat terhadap
manajemen pemerintahan merupakan
serangkaian teroboson-terobosan kebijakan yang dicanangkan Jokowi-Ahok dalam
kepemimpinannya. Jokowi juga menyatakan bahwa akan ada sistem lelang jabatan
lurah dan camat. Maksudnya ialah suatu promosi terbuka bagi pegawai-pegawai
pemerintahan yang memang layak dan sejalan dengan pemerintahan yang ingin beliau
bangun. Tujuannya jelas untuk mendapatkan wakil rakyat yang mau melayani.
Terobosan lain dalam era
kepemimpinannya ialah public hearing.
Sejak Jokowi menduduki kursi orang nomor satu di D.K.I., balaikota tidak pernah
sepi dari massa. Orang-orang berdatangan bukan hanya untuk melihat dari dekat
sosok bersahaja ini, banyak dari mereka yang datang untuk mengeluh dan
menyampaikan aspirasi bagi Jakarta. Inilah yang menjadikan era kepemimpinannya
berbeda, era kepemimpinan horizon, yakni terbuka sehingga mengayomi
masyarakatnya dari pelbagai kalangan.
“Omong baik-baik, tidak perlu
pakai orasi keras, nunjuk-nunjuk. Itu bukan budaya kita,” terang Jokowi.
Selain itu, pasangan ini juga
melancarkan aksi transparansi anggaran. Hal ini penting untuk menunjukkan secara
gamblang bahwa pemerintahan mereka memang bersih dan jujur. Lagipula,
transparansi anggaran merupakan hak publik. Terkait birokrasi dan
anggota-anggotanya, sistem ini diharapkan mampu menjadi pengawasan publik
terhadap kinerja pemerintahan sehingga menumbuhkan rasa bertanggungjawab,
terutama dalam pemakaian APBD. “Sehingga tidak ada lagi korupsi-korupsi,” ujar
Jokowi.
Pembangunan
Hingga kini, masalah di Jakarta
masih seputar kemacetan dan banjir. Warga D.K.I. tentunya sudah tak ingin
berlama-lama lagi dalam kekacauan ini. Oleh karena itulah, Pemprov D.K.I.
dituntut untuk segera mewujudkan Jakarta yang bebas banjir dan kemacetan.
Terkait hal tersebut, sesuai rencana pemprov D.K.I. tetap akan menjalankan
proyek pembangunan monorail, MRT (Mass Rapid Transit) dan Deep Tunnel. Sejauh ini, proyek MRT
sudah mendapatkan pemenang tender
sejak April 2013, sementara monorail
dan deep tunnel masih dalam tahap
perencanaan.
“Saya mah gampang, lihat saja rakyat Jakarta ada berapa, 9.800.000. Kalau
yang tidak setuju hanya 40 orang dari 9,8 juta, untuk apa saya ladeni? Untuk
apa plotot-plotot? Saya sich tetap jalankan saja proyek itu. Saya
tidak takut kalau untuk kepentingan umum,” ujarnya.
Agen Perubahan
Di sela kuliah umum, Jokowi mengutarakan
harapannya agar mahasiswa turut menjadi agen perubahan. “Mahasiswa harus aktif,
menjadi agen perubahan dan kontrol sosial. Peka dengan lingkungan masyarakat. Harapannya,
ke depannya tidak hanya protes saja tapi ngasih solusi. Kita diskusi, kalian
sampaikan aspirasi kalian. Bagaimana baiknya proyek ini,” ujarnya.
No comments:
Post a Comment