Presiden RI Joko Widodo berjabat tangan menyambut kedatangan PM Pemerintahan Nasional Gabungan Libya Faiz Al Serraj dalam pagelaran KTT LB OKI ke-5 di JCC Senayan, Jakarta pada 6-7 Maret 2016. |
Sebelum masuk ke dalam poin-poin isu bilateral yang dibahas antar kedua kepala negara. Perlu diketahui lebih dahulu bahwa Libya, sejak digulingkannya Presiden Moammar al Khadafi pada Arab Spring 2011, telah berjalan tanpa kepala negara maupun sistem pemerintahan yang semustinya.
Kini jabatan tertinggi dipercayakan kepada kepala pemerintahan de jure sementara, yakni Perdana Menteri Pemerintahan Nasional Gabungan Libya Faiz Al Serraj.
Berdasarkan latar belakang tersebut, Indonesia mengangkat beberapa isu bilateral seperti di bawah ini dengan Libya.
- Indonesia menyampaikan dukungan terhadap proses rekonsiliasi politik di Libya maupun transisi menuju demokrasi;
- Indonesia juga mendorong kerja sama capacity buildin, terutama di bidang pembangunan demokrasi;
- Mendorong keterlibatan sektor swasta kedua negara agar lebih aktif dalam perdagangan;
- Mendorong eksplorasi dan investasi pengusaha Indonesia di sektor energi dan migas, serta ekspor produk komoditas Indonesia ke Libya;
- Dalam kesempatan ini, Indonesia juga mengapresiasi bantuan Pemerintah Libya dalam upaya melindungi WNI di Libya selama pecahnya konflik. Berdasarkan data yang dimiliki KBRI Tripoli, jumlah WNI di Libya sebanyak 120 orang per Desember 2015.
1. Nilai Perdagangan Bilateral
- 2012: USD576,5 juta atau setara Rp7,599 triliun (dengan catatan USD1 = Rp13.181,47)
- 2014: USD94,45 juta atau Rp1,242 triliun.
- 2015: USD28,1 juta atau Rp370,65 miliar.
2. Kerja sama ekonomi yang berpotensi untuk dikembangkan, meliputi sektor:
- Minyak dan gas bumi
- Jasa konstruksi
- Pengadaan dana investasi
- Ekspor non-migas
- Pengiriman tenaga kerja profesional
Demikian dokumentasi Siaran Pers saya selama mengikuti KTT LB OKI kelima di Jakarta, yang membahas isu Palestina dan Al Quds Al Sharif (atau yang kita kenal dengan Kota Suci Yerusalem).