Reshuffle Kabinet II,
Setara Institute melalui studi kualitatif "Kinerja Kabinet Kerja"
yang dirilis pada Minggu (15/11/2015) di kantornya, Jalan Danau Galinggang,
Benhil, Jakarta Pusat merekomendasikan Jokowi-JK untuk berfokus merombak
menteri-menterinya yang bergerak di bidang ekonomi.
Berdasarkan hasil studi kualitatif
yang dilakukan sejak pertengahan September 2015 itu, tidak satupun menteri di
bidang ekonomi yang masuk kategori 10 menteri berkinerja baik.
"Jika pada reshuffle I
Jokowi-JK fokus pada menteri-menteri bidang ekonomi, pada reshuffle II
Jokowi-JK didorong agar kembali melalukan perombakan pada menteri-menteri
bidang ekonomi," kata Ketua SETARA Institute Hendardi dalam konferensi
pers di kantornya pada Minggu (15/11/2015).
Menteri bidang ekonomi yang
kinerjanya dinilai paling buruk adalah Menteri BUMN Rini M. Soemarno dengan
perolehan akumulasi poin 5,71. Diukur dari segi kepemimpinan, kinerja, dukungan
politik dan kompetensinya. Dengan tujuh indikator, yakni komunikasi,
perencanaan, serapan anggaran, capaian kinerja, latar belakang pendidikan,
pengalaman dan dukungan politik.
"Menteri Rini dari kalangan
profesional dalam arti bukan anggota partai politik dari segi dukungan politik
dan capaian kinerja buruk," kata Ismail Hasani, Direktur Riset Setara
Institute.
Menurut Ismail, kegaduhan politik
tak jelas yang ditimbulkan Rini membuat penilaian terhadapnya rendah. Sebut
saja konfliknya dengan Menteri Kemaritiman Rizal Ramli dan keterlibatannya
dalam kasus Pelindo II pimpinan RJ Lino.
Menteri non parpol lainnya dari
bidang ekonomi yang tidak menunjukkan kinerja memuaskan adalah Menteri
Perdagangan Thomas Lembong. Selain tidak punya dukungan politik, sebagai
pendatang baru ia juga kerap bersitegang dengan Menteri Kelautan dan Perikanan
Susi Pudjiastuti.
"Kegaduhan yang diciptakan
Lembong sempat membuat kinerja kabinet terganggu. Apalagi, selain soal
destabilitas kebijakan impor garam, ia juga melakukan impor beras yang justru
kontra-produktif dengan gagasan swasembada pangan yang jadi prioritas Presiden
Jokowi," terang Ismail.
Ada lagi, menko pendatang baru yang
juga dinilai Setara Institute sebagai orang dari kalangan profesional yang
mumpuni tetapi menjabat di waktu yang tidak tepat. Dia adalah Menko
Perekonomian Darmin Nasution.
"Darmin bersama Menteri
Keuangan Bambang Brodjonegoro belum lulus ujian dalam hal menjaga nilai tukar
rupiah dan memastikan pertumbuhan ekonomi Indonesia," tukasnya.
Berbagai paket kebijakan ekonomi
dari jilid I-VI masih belum menunjukkan hasil. Jikapun ada pengaruh pada
penguatan rupiah, hal itu disebabkan karena faktor eksternal, dimana Bank
Sentral Amerika masih belum meningkatkan suku bunga dalam negerinya.
"Istilahnya, mereka ini kurang
bertangan dingin lah," cetusnya ketika dihubungi Okezone melalui telepon
pada Minggu (15/11/2015).
Namun begitu, Setara Institute juga
berharap dalam Reshuffle II nanti, Presiden mau meluangkan perhatian khusus
pada menteri-menteri non parpol. Terutama kepada aspek-aspek yang menjadi
catatan buruk 3 menteri non parpol yang masuk dalam peringkat 10 terbaik, yakni
Susi Pudjiastuti, Mendikbud Anies Baswedan dan Menlu Retno LP Marsudi.
Catatan: Hasil Liputan yang Tidak Dimuat
No comments:
Post a Comment