Dalam kesempatan ini, majalah Gatra penulis pilih sebagai objek analisis grafis media pada majalah. Akibat dibredelnya
majalah Tempo oleh Orde Baru, terbitlah majalah bentukan Orba bernama Gatra.
Hinggi kini bisa kita lihat betapa banyak kemiripan desain grafis terutama pada
bagian cover atau sampul depan
majalah Gatra dan Tempo. Dan apabila diusut lagi, kedua majalah tersebut sama-sama meniru majalah TIME, majalah berita
mingguan terkemuka di Amerika Serikat.
Majalah Gatra merupakan majalah yang
berafiliasi politik dan ekonomi. Pendiri Gatra ialah Bob Hasan, mantan Menteri
Perindustrian dan Perdagangan RI ke-25. Gatra diterbitkan setiap minggu sejak
tahun 1994. Pada masa orde baru, majalah ini berafiliasi dekat dengan presiden
saat itu, Soeharto.
Majalah Gatra yang hendak diusut
penulis dalam kesempatan ini yaitu majalah gatra edisi 10-16 Juli 2014.
Tepatnya pada bagian sampul dibahas sekilas dan laporan utama pada halaman
12-15 yang merupakan satu rangkaian berita.
Analisis Gatra
Kata Gatra dalam KBBI
berarti wujud, sudut pandang, aspek; atau lingkungan tertentu dalam kalimat
yang dapat ditempati oleh suatu unsur bahasa. Makna kata Gatra sendiri berasal
dari bahasa Sansekerta yang berarti calon makhluk, anggota tubuh. (http://www.organisasi.org/1970/01/arti-nama-gatra-kamus-nama-kata-dunia.html) Dalam pengertian Jawa, gatra berarti
jumlah baris dalam tembang macapat. (Wikipedia, http://id.wikipedia.org/wiki/Macapat)
|
Majalah Gatra edisi 10-16 Juli 2014 |
Kembali kepada desain
grafis, Sampul Gatra pada edisi 10-16 Juli 2014 mengangkat isu keterpilihannya
Presiden RI ketujuh Joko Widodo versi hitung cepat. Dalam sampulnya,
digambarkan wajah Jokowi berpeci yang dibentuk dari kumpulan rakyat Indonesia
yang tengah bersorak-sorai. Maksudnya jelas, Jokowi adalah presiden yang
diinginkan rakyat dan ketika beliau terpilih, masyarakat berbahagia dalam pesta
demokrasi Indonesia 2014.
Rupa huruf yang
digunakan menyerupai majalah sadurannya, Time dengan huruf kapital semua. Mulai
dari judul atau brand majalah yang
serba merah, menyimbolkan semangat, sampai kepada judul-judul artikel yang
diusut dalam edisi tersebut.
Penggunaan rupa huruf
dengan font besar dan serif ini tepat karena positioning-nya sebagai majalah
berita yang serius namun tetap menarik. Oleh karena itu digunakan huruf serif
(huruf berkait). Dan font yang besar dengan huruf capital semua juga lebih
memudahkan pembacaan dan daya tangkap huruf jelas. Demikian juga warna yang
dipilih.
Tema majalah “Presiden
Pilihan Kita” diketik dengan warna merah (PRESIDEN) dan putih (PILIHAN KITA)
melambangkan bendera kebangsasan, Sang Saka Merah Putih.
Gambar Jokowi yang
dipilih ialah foto berkerah putih dan berpeci. Kerah putih (white collar) dalam budaya barat
digambarkan sebagai kaum elit, pekerja kelas atas, pekerja bersih dan bangsawan. Namun dalam hal ini, kerah atau
kemeja putih ini adalah framing pengambilan sosok Jokowi yang putih, maksudnya
berekam jejak bersih dan sederhana. Berpeci menyatakan bahwa ia adalah seorang
muslim. Dan dari segi demografi, mayoritas masyarakat Indonesia memang beragama
Islam.
|
Majalah Gatra edisi 10-16 Juli 2014 halaman 12-13 |
Memasuki rubrik laporan
utama, artikel di atas menunjukkan pemilihan huruf untuk judulnya adalah serif
bold. Tidak menggunakan kait yang terkesan lebih luwes. Judul artikel diberi
penegasan dengan menggunakan font paling besar, menggunakan warna hitam dan di-bold. Sementara penulisan rubrik laporan
utama dan halaman pada pojok kiri ditulis menggunakan font yang lebih kecil dan
berwarna merah karena merupakan warna khas majalahnya.
Foto yang menjadi
kekuatan visual berita diletakkan lebih dulu, berukuran besar hingga memakan
satu sepertiga halaman. Tata letak demikian dimaksudkan untuk menarik perhatian
dan memberi gambaran lebih serta mengomunikasikan pesan yang tidak bisa
tergambarkan melalui tulisan atau akan kurang sedap jika dijelaskan melalui
kata-kata. keterangan foto sudah tepat ditaruh di bawah foto.
Lead
atau teras berita ditulis di samping kanan foto dengan font yang lebih besar dari artikel namun lebih kecil dibanding
judul. Kemudian penulisan artikel diawali huruf Wordcaps. Ini dimaksudkan agar lebih mudah dikenali sebagai kalimat awal dalam bacaan tersebut.
Mengenai spasi atau
ruang putih, diberikan sudah cukup signifikan. Dengan spasi yang mudah dibaca
dan menegaskan mana paragraf yang berbeda. River (sungai), yakni spasi yang terlalu lebar akibat perataan kiri-kanan tulisan (judgement) pada setiap kolomnya teratasi dengan baik. Dalam artian hanya ditemukan sedikit sekali river.
|
Majalah Gatra edisi 10-16 Juli 2014 halaman 14-15 |
Selanjutnya mengenai
hasil pemilu juga tidak hanya disajikan melalui kata-kata. Melainkan dengan
grafik sebaran (halaman 15 bawah) dan tabel (halaman 14 pojok kiri atas) di halaman berikutnya. Sayangnya, tampilan tabel dan grafik sebaran masih terkesan kaku. Tidak luwes sama sekali. Melihat tampilan demikian masih seperti membaca tampilan koran. Bedanya hanya ini lebih berwarna dan kualitas kertas jauh lebih bagus.
Untuk keberimbangan atau cover
both side, disajikan pula gambar Prabowo saat di TPS pada halaman 14-15.
Namun tetap, karena tokoh utamanya Jokowi, ia ditampilkan lebih dulu fotonya
pada halaman 12-13, bersanding dengan pembinanya di partai banteng moncong putih Megawati Soekarno Putri dan wakil presidennya Jusuf Kalla.
Kesimpulan
Majalah Gatra merupakan
majalah yang didasari ideologi politik dan ekonomi. Majalah bertipe demikian
cenderung menunjukkan keseriusan. Sehingga kurang bereksperimen dalam perancangan grafis medianya. Dengan kata lain, majalah semacam ini
cenderung bersifat kaku dan membosankan. Pengembangan rancangan visual yang
lebih luwes sering kali diabaikan demi menekankan kesan serius.
Bandingkan dengan majalah saingannya, Tempo yang lebih kreatif dalam memainkan ilustrasi. Tempo juga serius dan liputannya mendalam seputar pemerintahan, politik dan kebijakan. Namun mengapa Tempo tirasnya lebih besar?
Kelebihan suatu media untuk beromzet besar kunci utamanya adalah kredibilitas. Yang kedua, tampilan media. Tampilan media dengan dukungan desain grafis yang kreatif dan inovatif tentunya akan mampu mendongkrak nilai jual media tersebut.