Deru kipas bersemilir. Mesinnya aus bergemerisik.
Dinding-dinding retak. Rusak karena rembesan air hujan. Rumah sebelah tak
hirau, dentam-dentum tiada ampun.
Tak satupun bergeming. Angin mengumpat di balik selimut. Dengkur
itu irama nan berkesudahan. Well, setidaknya kini menemanimu dalam sunyi.
Adakah bulan kau tengok? Bintang-bintang pun pergi menjauh.
Adakah kau dengar anjing menggonggong? Jangkrik mengerik
atau tokek bertokek? Hampa adalah jawaban terbaik.
Lampu masih terang menyala. 4 kamar saling berhadapan
sepasang demi sepasang. Masing-masing memiliki nyawanya sendiri. Kamar terdekat
tangga, kuning menyala, menunjukkan remang luapan misteri. Mata, hidung,
telinga, kaki dan tangan bukan penghias. Hanya tumpukkan masa lalu. Tetangganya menyala merah, mungkin
jiwa-jiwa mengalir di sana. Mungkin hanya bercangkir-cangkir teh yang harus kau
ganti setiap pagi dan sore. Atau manis-manis yang mengundang tikus? Di
seberang, berdiri berdampingan dua nyala kontras yang memisahkan seluruh buana.
Tiada abu-abu menengahi, hanya mereka berdua. Yang satu kita tahu begitu
tersembunyi, sementara yang lain terus tersurat.
Dari mana kita tahu? Matahari pun berbeda bagi setiap
penikmatnya.
Dalam gelap segala hal menjadi terang. Tak ada abah, tanpa
tahu ke mana melangkah, apa yang kita injak, siapa di sana? Segala hal menjadi
nyata. Keputusan-keputusanmu, olah tindak-tandukmu.
Dalam terang segala hal menjadi bias. Menghempas jauh benda-benda
yang mendekat, membelokkan cahaya, memantulkannya tak tentu arah. Intinya
membutakan.
Tiga ke empat, empat ke lima, lima melesat kesebelas.
Detak-detik mengaum, berpacu layaknya rentenir.
Aku tahu aku hanya membual. Mencoba bermain dengan
kata-kata. Memulai sepatah demi sepatah. Ah..betapa rapuh!
Jauh lebih baik apabila kita terus saja sejalan, tanpa
pernah bersilangan. Titik temu yang menyatukan kita, tooh.. hanya menorehkan
luka dalam geloraku.
Sungguh kau yang terbaik. Mengaburkan segala jernihku,
membuat berliku dan berbatu jalanku yang lurus.
Pada akhirnya kata-kata tinggallah kata-kata. “Aku tidak
bisa melupakanmu” hanya sebuah ungkapan yang dangkal.
Masih juga kau bertanya. How does it feel?
It hurts as you see.
No comments:
Post a Comment