Labels

Saturday, March 1, 2014

Racau Pengantar Tidur

Image: health.detik.com
Di sini cahaya dari laptopku menjadi penerangan satu-satunya. Pengharum ruangan berkedip-kedip setiap 5 detik sekali. Mengharu biru tanpa seorang pun yang tahu. Dan mereka memang tak boleh tahu.

Menonton film-film melodrama, mengikuti ke mana arus suasana mengalir, mengairi hatiku yang kering. Terenyakku ke pelbagai-pelbagai kisah. Tentang papa yang tengah bersusah hati, kena apes korban tabrak lari yang kini memeras papa. Padahal papa tak salah, hanya terkena imbasnya, jadi kambing hitam penanggung jawab. Mama, ia masih saja suci dalam benaknya, berjudi pada kenyataannya. Kakak perempuan yang beranak banyak, menikah cepat-cepat dan kandung menyesal bersuami pecandu seks dan kemalasan akut. Adik laki-laki yang terus berkepala batu, mendominasi kebenaran dalam perspektifnya pribadi.

Namun, di sinilah aku, sendiri dalam kamar yang temaram. Menuliskan sejarah pemikiranku. Meloncat-loncatkan jemari dari satu petak ke petak lainnya, menahan pipis karena takut air mataku masih menjejak di bawah cahaya nanti. Jika aku keluar kamar, adikku di sana akan menatapku tajam. Mencari jejak tangis yang didengarnya sesekali dari balik pintu kamarku. Sial, dinding punya telinga. Jadi corong tanpa filter!

Semua orang terus melaju. Dan ku tertinggal di belakang sini. Sama ketika ku SD dulu, begitu jangkung melampaui anak-anak lain seusiaku. Naik ke SMP, tubuhku merasa cukup. Ia tak lagi beranjak naik, hanya sesekali melebarkan kekuasaan. Apakah kini sesuatu yang persis sama terulang lagi padaku?

Merasa ditinggalkan adalah penderitaanku. Apakah salahku? Kau yang berhutang padaku. Berhutang jabatan, ketenaran. Kini kau mengabaikanku, menganggapku angin lalu. Membiarkan aku ditertawai ketika orang-orang bersimpatik padaku, "koq sendiri. Mana temannya?" Kau tertawa, ya kan. Aku tak menoleh, tapi aku mendengar cekikikanmu. Kau tahu aku terkucilkan. Tapi kenapa? Apa salahku?

Terlalu banyak bicara. Membuat semangatku membuncah. Bisa jadi karena aku terlalu penuh dengan diriku sendiri. Sakit hati rasanya melihatmu bersikap sinis padaku seorang. Terlalu banyak tertawa. Menutupi kesedihan yang diam dibalik ketenangan.

Kuceritakan semua tentangmu pada orang-orang, cela dan jaya, semua kusemburkan. Betapa kau sakit hati dan terluka karena orang lain. Tapi orang bilang bukan karena "dia" kau merajuk. Lalu siapa? Akukah??? Sungguh aku tak ingat detil kejadiannya. Mungkin saja aku. Entahlah. Takabur sekujur inderaku, bahkan mewabahi memoriku. Astaga!

Aah..ingusku menetes. Tertahan di pelupuk lubang hidung sedari tadi, membuatnya berkaca-kaca mengabutkan pernapasan. Bau maupun rasa memudar. Dan ku pun terbuai dalam kelelapan yang panjang.

Wednesday, February 26, 2014

Manajemen Industri Media

Manajemen berasal dari bahasa Perancis kuno ménagement yang berarti seni melaksanakan dan mengatur. Manajemen menurut Griffin (2002), berkaitan erat dengan organisasi, yakni sekelompok orang yang bekerja sama dalam sebuah struktur dan berkoordinasi demi mencapai tujuan yang sama. Tidak jauh berbeda, Mary Parker Foller (1997) menjelaskan kata manajemen sebagai seni dalam menyelesaikan sesuatu melalui orang lain. 

Manajemen dalam industri media pada intinya ialah sistem pengaturan yang mencakup perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian serta pengawasan terhadap sumber daya manusia, dana, informasi dan bahan produksi lainnya oleh para manajer industri media guna mencapai tujuan institusi media yang bersangkutan. 

Dalam industri media, yang memangku jabatan manajerial utama ialah  pemimpin redaksi, wakil pemimpin redaksi. Manajer tingkat dua dilakoni produser eksekutif, koordinator liputan dan koordinator lainnya yang setingkat. 

Fungsi manajemen dalam industri media massa, yakni :
1. Perencanaan
Pemimpin redaksi dan wakilnya merancang tujuan organisasi atau institusi media, ke depannya akan dijalankan seperti apa dan bagaimana, menetapkan visi dan misi perusahaan medianya. Setelah mufakat, manajer utama bersama manajer tingkat kedua menyusun agenda peliputan harian. Untuk selanjutnya dikoordinasikan kepada para wartawan dan anggota divisi lainnya sesuai tujuan pemberitaan yang hendak dicapai.

2. Pengorganisasian
Dalam tahap ini, setiap awak media dibagi ke dalam divisi-divisi yang jelas. Tugas peliputan dikoordinasikan sesuai divisinya masing-masing: wartawan mencari berita sesuai agenda setting institusi medianya, editor menyunting naskah berita, bagian desain mengatur perwajahan media dan sebagainya. Dengan demikian, pengorganisasian yang baik memungkinkan para awak media bekerja secara lebih efektif dan efisien. 

3. Pengarahan
Koordinator liputan misalnya mengarahkan para reporter atau wartawannya di lapangan mengenai topik dan atau fokus berita yang hendak diangkat. Hal ini bertujuan menjaga agar pencarian berita di lapangan tetap pada jalur agenda setting redaksi media tersebut.

4. Pengendalian dan Pengawasan
Selanjutnya dalam setiap pelaksanaan hingga penerbitan hasil produksinya, manajer media melakukan pengawasan guna menjaga kualitas kinerja dan produksi medianya. Sumber daya media, yakni manusianya, pendanaan, perangkat dan informasi yang tersedia berada di bawah kendali pimpinan perusahaan media dan pemimpin redaksi demi meminimalisir penyimpangan standar operasional prosedur institusi medianya.

Manajemen dalam industri media penting dilaksanakan karena menyangkut kualitas pemberitaan media, ketepatan waktu penyajian, pengolahan dana produksi dan pencapaian tujuan organisasi atau institusi media tersebut.

Kini media massa semakin beragam, ada cetak, elektronik dan online. Setiap media memiliki keunggulan tersendiri. Tata cara pengelolaan dan pengaturan dalam pemanfaatan ketiga media tersebut pun berbeda. Media cetak butuh penyajian sesuai kolom yang tersedia. Agar sampai tepat waktu ke tangan pembacanya (sekitar pukul 6), media ini harus sudah dicetak pukul 03.00. Sajian informasinya pun terbatas pada peristiwa yang terjadi hingga pukul 24.00 hari sebelumnya. Media elektronik seperti TV butuh penyajian gambar dan suara, sementara radio terbatas pada penyajian informasi secara audio. Media online sejauh ini menjadi media massa yang paling hemat waktu, tenaga dan uang. Manajemennya lebih mudah dibanding kedua media massa pendahulunya. Tampilan multimedia pada media online juga lebih menarik bagi khalayak media kini.

Dengan demikian, dibutuhkan manajemen industri media yang terprogram dengan matang agar mampu bersaing dengan industri media lainnya, menarik minat pengiklan dan menjangkau kebutuhan khalayak medianya.

Referensi:
Arismunandar, Satrio. [2013, 4 Desember]. Pengorganisasian dan Struktur Organisasi di Industri Media. Academia.edu [online]. Tersedia: http://www.academia.edu/5356866/Pengorganisasian_dan_Struktur_Organisasi_di_Industri_Media. [Akses 22 Februari 2014].

Wikipedia. [2014, 22 Februari]. Manajemen. [Online]. Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen. [Akses 22 Februari 2014].

Saturday, February 15, 2014

FILOSOFI "i"

Mengapa huruf vokal akhiran "i" identik penggunaan katanya dengan perempuan?

Laki-laki: Dewa; Putra; Siswa; Mahasiswa; Wartawan; Pramugara
Perempuan: Dewi; Putri; Siswi; Mahasiswi; Wartawati; Pramugari

Doc. Google Image
Huruf "i" dikenal sebagai huruf Latin, yang merupakan modifikasi dari Bahasa Yunani dan sesungguhya merupakan penyempurnaan huruf Roman. Bahasa tulis Indonesia juga menggunakan huruf ini dengan padanan huruf yang memiliki makna berbeda.

Jika dibaca dalam Bahasa Indonesia secara pictograf, huruf "i" bisa dilihat sebagai "satu titik". Huruf kecil "i", sebagaimana kita biasa membedakan penyebutannya dengan huruf kapital "I", penulisannya menyerupai angka satu dengan titik di atasnya. Dan dalam pemikiran saya, hal ini menegaskan banyak hal yang berhubungan dengan identiknya penggunaan huruf vokal akhiran "i" dengan role model perempuan.

"i", satu titik, bermakna sumber, awal dari sebuah goresan membentuk goresan-goresan lainnya. "i", satu titik, ialah sebuah kelahiran, penciptaan utama dari segala tulisan. "i", satu titik adalah asal muasal sebuah pemaknaan dan pemahaman.

Demikian pula pada perempuan, "i" digunakan pada kata ibu, gelar yang disandangkan untuk sosok perempuan yang sudah melahirkan, Dari ibulah kehidupan manusia dimulai di dunia ini. Ibu juga sosok pengajar perempuan, ibu guru, sosok yang penuh dedikasi dan kasih sayang, mengajar mereka yang tak tahu menjadi tahu.

Akhiran "i" juga ada pada kata logi, seperti planologi, biologi, sosiologi, dan logi-logi lainnya. Agak bias ya? Akan tetapi, saya merasa bahwa padanan kata ini bukanlah kebetulan semata. Kata-kata ini disistem sedemikian rupa sehingga terkait begitu rupa. Dengan demikian "i", satu titik juga berarti sumber pengetahuan.

Dalam urutannya, huruf vokal alfabet "i" berada pada posisi kedua setelah "a", mungkin karena itulah huruf "i" menjadi pilihan untuk perempuan. Sebab pada masa pra-feminisme, sejarah berlarut-larut dalam budaya patriarkat. Dimana kedudukan laki-laki selalu yang utama, sementara perempuan berada pada posisi kedua, setelah laki-laki. 

Terkadang saya suka sekali padanan kata dalam Bahasa Indonesia, seperti suami-istri dan laki-bini dalam Bahasa Betawi. Sama-sama menunjukkan kesetaraan dalam hubungan rumah tangga.  Pria dan wanita. Walau wanita memiliki pengertian harafiah atau makna terminologi yang tidak menyenangkan bagi kaum feminisme. Feminis lebih menekankan pada kata perempuan, yang bermakna keagungan dibandingkan wanita yang bermakna pemuas nafsu semata.

Hahaha...entahlah, artikel ini boleh jadi hanya gurauan dan sekadar pemikiran remeh-temeh, bahkan celotehan ngawur dan takabur. Semua terserah Anda, karena seperti kata Aurelius, Kaisar Romawi, "setiap kata yang Anda dengar adalah opini, bukan fakta. Setiap apa yang Anda lihat adalah perspektif, bukan kebenaran."

Doc. Google Image