Labels

Thursday, September 3, 2015

SURAT WASIAT


Bedanya gue sama dia, atau beda cewek sama cowok.....ya apa aja dech.

Gue...kalao ada lawan jenis yang deketin, enggak peduli apa latar belakang, umur, pekerjaan, tampang dan sebagainya dan kelihatannya sedang memprospek gue. Hal yang gue lakuin pastinya menjauh pelan-pelan. Dengan penuh kesopanan, sesekali menjawab. Tapi tidak segera. Walau gue uda liat ada chatnya masuk. Tapi gue abaikan. Emank sengaja dan karena emank kagak minat. Why? Karna bukan pasangan gue dan enggak kepengen dijadiin pasangan, sesederhana itu.

Dia....lihat yang bening dikit, muda dikit, asal kenal, asal bisa deket, asal nyambung diajak ngomong, asal mau nanggepin humor dia, asal bisa ngasih rasa nyaman dan mengusir kebosanan, ya bales aja. Emank kenapa? Kalau bisa semua status tuh orang di like, di kasih lophe lophe, dikomenin. Ajak jalan tiap ada kesempatan, walau bareng-bareng yang lain juga. Peduli gilaaa yee dia pasangan resmi atau enggak. Namanya juga usaha. Sekampret itulah.

Dear pembaca,
kayanya belakangan gue rada berubah ya pembicaraannya soal hati. Laah iya lah, kalian kudu paham nie. Dulu gue ibarat pungguk merindukan bulan, 10 tahun yang utuh walau kesepian. Tapi 1 tahun belakangan ini, satu-satunya jantung hati gue uda dibawa lari. Jadi bayangin, ada lubang besar menganga dalam tubuh yang fana ini. Tau rasanya? Ya rasanya kaya orang bego. Tapi kudu bangkit. Soalnya malu sama keledai. Tuh hewan dongo aja ogah jatuh di lubang yang sama dua kali. Selamat tinggal, lubang. Jangan muncul lagi ya dihadapan gue. Akh....soalnya lu tipe yang patuh banget ya. Makanya pengecut. Hahahaahhhhaaaa........Kalau uda nikah, tolong sesumbar ya, Biar gue tahu keledai dongo mana yang masuk perangkap loe! #DendamNyiPelet.

Gue? Akh....ogah buat yang ketiga kalinya. Gue mau jadi golongan 8 (tau tabel periodik kan?) lagi aja. Bukan demi nunggu lu yee. Jangan geer!!!! Cuma emank makasih bangetz sich. Gegara loe gue bisa balik lagi ke kesadaran gue yang semula. Jadi stabil itu memang jauh, jauh lebih hidup. Lagian, inget kata-kata gue di atas kan? Satu-satunya jantung hati gue uda diambil dan dihancurkan berkeping-keping, dibuang ke tong sampah, udah enggak tahu limbahnya ke mana. Jadi menurut loe aja, masih punya kah gue sesuatu yang kalian agung-agungkan dan sebut itu CINTA?!

I Swear.

Apa gue benci sama loe?
Sebenarnya enggak. Sama sekali enggak.
Iya gue marah. Sangat Kecewa.
Tapi kalau ada orang yang patut gue benci.
Itu diri gue sendiri.
Kata sobat gue, loe pasti capek gue kodein. Tapi otak loe ga nanggep. 
Ya ude, gapapa. Emank gue yang salah.
Terlalu banyak test. Dan ga selevel sama kemampuan loe. 
Loe gagal di semua test itu.
Gapapa, wajar-wajar saja.
Gue yang geloo karena kebanyakan mikir.
Jadi loe berbahagia aje.
Gue maah mo menikmati siksaan dosa-dosa gue.
Ga usah iba yee.
Ini pilihan.

Memento (2000): Reminder of Death

Pengarah Utama    : Christopher Nolan
Diproduksi oleh      : A Team Todd Production (Suzanne Todd dan Jennifer Todd)
Diangkat dari          : Jonathan Nolan's Short Stories "Memento Mori"
Pemain                     : Guy Pearce, Carrie-Anne Moss dan Joe Pantoliano
Rumah Produksi    : Summit Entertainment
Tayang Perdana     : 5 September 2000 (Venice)
Durasi                      : 113 menit

Memento
Film yang membingungkan. Alurnya maju mundur (flash-back). Layaknya puzzle, penonton diberikan cuplikan-cuplikan secara acak. Bukannya kronologi. Beberapa adegan malah diulang-ulang. Satu kejadian menimpa kejadian lain yang ternyata punya kebenaran lain yang diceritakan dari mulut orang lain. Wah, rumit ya kedengarannya. Penonton pasti dibuat pusing dan bertanya-tanya manakah kebenaran yang sesungguhnya.

Kisah menarik ini diproduksi pembuat film kenamaan Inggris, Christoper Nolan. Bersama dengan saudaranya Jonathan Nolan dan istrinya Emma Thomas, Chris selalu sukses menggarap film-film bertemakan psikologi, sosiologi dan hal-hal seputar nilai-nilai, moral dan etika. "Memento" sendiri merupakan film thriller keduanya, segera setelah debutnya pada 1998 dalam film berjudul "Following". 

Judul film ini diambil dari bahasa Latin, "Memento mori" yang artinya pengingat kematian (reminder of death) atau ingat bahwa kau harus mati (remember that you must die). Film ini mengisahkan tentang Leonard Shelby (diperankan oleh Guy Pearce) yang mengidap anterogade amnesia. Sebuah kasus psikologi dimana penderitanya kehilangan daya untuk membuat ingatan baru setelah kejadian yang menyebabkannya amnesia. Setiap pagi, Lenny, panggilan kesayangan Leonard dari almarhum istrinya, bangun di sebuah kamar yang selalu asing baginya. Hanya ada catatan-catatan tertempel di mana-mana, termasuk di tubuhnya sendiri. Digerakkan oleh catatan-catatan itu, misinya hanya satu, mencari pembunuh istrinya. Yang ia yakini dilakukan oleh pria berinisial J.G.

Sebelum mengidap amnesia, Mr Shelby berkarier sebagai investigator asuransi. Seingatnya, ada pria tua bernama Sammy Jenkins yang menderita amnesia serupa. Istrinya dengan tabah mengurus Sammy yang tak lagi produktif. Tidak ada yang percaya pada kondisi Sammy. Pihak asuransi bahkan menilai Sammy ini hanya berpura-pura. Padahal serangkaian tes sudah menunjukkan bahwa ia memang mengalami amnesia langka. Istrinya yang dikejar-kejar hutang, merasa depresi dan mencoba menerapi suaminya sendiri. Berdasarkan saran dari Shelby, istrinya yang mengidap diabetes percaya bahwa jika pertaruhannya adalah nyawa, suami yang mencintainya pasti bisa disembuhkan. Ia pun bertaruh, suaminya dibuat berulang-ulang menyuntikkan cairan insulin (penghambat terbentuknya gula darah) ke tubuhnya. Ia ingin Sammy sadar dan berhenti. Tapi Sammy terus melakukan sewajarnya. Alhasil istrinya koma dan meninggal dunia. Sammy begitu bingung dan tak mengerti mengapa istrinya bisa tiba-tiba meninggal. Sejak saat itu, Sammy ini hanya duduk di rumah sakit, memandangi orang-orang yang lewat dengan bingung.

Serupa tapi tak sama. Ingatan terakhir yang melekat pada benak Lenny adalah sesaat sebelum kematian istrinya. Ia terbangun pada malam hari, mendapati tempat tidur istrinya dingin. Dari lorong yang gelap, pintu kamar mandi mereka menyala. Lenny mendekat dengan sebuah pistol teracung di tangannya. Pintu didobrak. Pria bertopeng tengah mencekik istrinya yang terbungkus plastik. Shelby sontak menembak. Selagi berusaha melepaskan istrinya, tanpa sadar kepalanya dipukul penjahat lain. 

Polisi menutup kasus ini dengan kematian sang istri, senjata terakhir yang ditemukan hanya senjata miliknya. Tapi Lenny tidak percaya. Ia yakin ada penjahat kedua yang memiliki nama depan John atau mungkin James dan nama belakang G. Seorang polisi bernama Teddy kemudian mencoba membantunya. Namun di awal film bisa kita kita ketahui bahwa polisi ini ternyata bernama John Edward Gammell, yang berarti juga J.G. incaran Lenny. Berdasarkan tato di sekujur tubuhnya, catatan dan foto-foto hasil dokumentasinya sendiri, Lenny memulai sendiri investigasinya. Yang otomatis juga memulai serial pembunuhan apik pengidap amnesia yang rentan manipulasi.

Dalam film ini Nolan menunjukkan kepiawaiannya bermain-main dengan ingatan manusia yang mudah dimanupulasi, tidak relevan dan tidak dapat dipertanggungjawabkan. Ia juga membangkitkan pertanyaan mengenai moral dan kepribadian manusia. Tentang apa yang ingin Lenny percayai tentang penyebab kematian istrinya, tentang betapa rapuhnya kondisi Lenny sehingga ia tidak bisa bergantung pada ingatan semata. Sementara catatan yang ia tinggalkan bersifat multitafsir. Bagaimana jika ia lupa mencatat peristiwa yang penting karena dalam beberapa menit saja ingatannya bisa raib. Dengan kondisi sefatal itu, Lenny diposisikan pada peran terekstrim dari eksistensinya. Yang, bisa saja ada orang-orang yang memanfaatkan kondisi amnesia Lenny untuk kepentingan pribadi mereka. Seperti yang ditunjukkan oleh Natalie (diperankan oleh Marrie-Anne Moss), pekerja bar yang menaruh iba pada kondisi Lenny. Demi membalas dendam atas kematian kekasihnya Jimmy Grants dan kepada orang bernama Dodd yang ia benci, Natalie dengan cerdas memancing kemarahan Lenny untuk memenuhi ambisinya. Setelah sebelumnya menyembunyikan semua alat tulis, kemudian kembali dengan luka yang Lenny lebamkan. Akan tetapi, dengan penuh percaya diri ia lagakkan seolah ia diserang oleh si Dodd ini karena Natalie berupaya membantu Leonard.

Sekali lagi memang suatu film yang luar biasa apik dari pria berdarah Inggris-Amerika ini. Ketika ingatan tak lagi bisa diharapkan dan kebenaran sedemikian relatif, apa lagi yang bisa menjadi landasan hidup seorang seperti pria utama dalam film ini? Apa lagi yang bisa ia percaya? Jujur saja, film ini terbilang inovatif pada jamannya. Hemat saya, film ini layak ditonton. Karena berisi intrik yang rumit dan perlu ditonton secara seksama. Layaknya potongan puzzle, penonton sendiri yang harus cermat menyusun semua kejadian menjadi rangkaian kisah dan kebenaran yang utuh. Ffuuuh...

Akhir kata, selamat menonton!

Wednesday, September 2, 2015

Wajar-Wajar Saja (Tak Pernah Kita)

Detik hanyalah awal
Langkah menuju menit
Jam berpacu hari
Upaya bulan menggapai tahun
Wajar-wajar saja

Mencipta atau dicipta?
Saling ataukah bertolak?
Pertemuan atau perpisahan?
Menetap atau berpaling?
Tidak ada yang istimewa

Menggeser ke bawah
Mencari yang hilang
Dari ingatan
Adakah kau, adakah aku
Walau ada, tak pernah kita
Bahkan sprei di ranjang tak lagi terikat

Dulu langit sembunyikan kegelisahan
Bawa jauh lantas hilang
Uraimu bulan purnama di peraduan
Cipta pesona kala bersanding
Lalu apa?

Laknat detik menipu tahun
Abaikan dinding punya mata dan telinga
Tidak ada yang istimewa
Biar saja semua sirna

Anggur juga kau tenggak
Bawa serta anak-anak
Bakar habis kenangan
Antara kau dan aku
Tak pernah kita
Wajar-wajar saja

Catatan:
Lucu ya. Tapi rasanya aku tahu sekarang mengapa Tuhan diciptakan, diceritakan dari manusia, oleh manusia, kepada manusia. Karna terkadang. Alangkah lebih baiknya menjadi robot saja. Hidup sesuai sistem. Terlalu lelah untuk berpikir apa yang harus dilakukan, lebih baik menerima perintah tentang apa yang perlu dikerjakan. Tidak usah mempertimbangkan perasaan kita atau perasaan orang lain. Jalan saja menurut apa yang kita yakini benar (baca: diyakinkan kepada kita sebagai sebuah kebenaran absolut). Tidak perlu menuntut hak, hanya ada kewajiban.   

Untuk apa logika dan rasionalitas, sementara ada takdir yang tak bisa diubah. Semua yang ada akan kembali pada ketiadaan. Setiap nafas akan berpulang pada kehampaan. Untuk itu, agama hadir sebagai harapan. Bagi manusia yang kehabisan akal, hilang daya kendali. Perjuangan bukan milikmu semata, semua demi pencipta. Saat alasan untuk hidup bagi diri sendiri tak lagi ada, hiduplah untuk Sang Maha. Janji-Nya: akan ada bagimu hari penghiburan, saat semua yang bernyawa kembali ke mula.

Kebebasan sejati. Stabilitas. Dimana kita tidak  saling memerlukan atau membutuhkan satu sama lain. Dimana kesadaran penuh kita dapatkan. Bahwa kebahagiaan bukan dirimu, bukan diriku. Tak ada sangkut paut. Hanya ada Sang Maha, tak pernah ada kita.