Labels

Sunday, January 11, 2015

Let us take alone time then


Aku percaya bahwa jika Tuhan memang ada dan Ia lah yang menciptakan hati kita, 
Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang ini bukanlah Allah yang egois.
 Sampai-sampai Ia hanya membiarkan hati kita dipenuhi oleh-Nya.
 Ada ruang, pasti! yang memang Ia sediakan bagi kita untuk dipenuhi hal-hal lain,
 macam στοργή (Storge), φιλία (Filia) dan ἔρως (Eros).



Pada akhirnya, kata-kata hanya tinggal kata-kata saja.
Ketika seseorang melakukan kesalahan,
lantas... ia merasa bersalah dibuatnya,
kata "maafkan aku" seolah tak layak untuk dituturkan.
Ia hanya bertekad, "ya aku akan berubah",
"aku harus berusaha",
"ya, aku akan membuktikannya. Lihat saja nanti."
Tapi bagaimana?
Baginya, ia tidak layak mendapatkan penebusan* semudah mengucapkan kata "maaf".



*dengan kata lain: pengampunan.

Latar belakang foto disadur dari:
1. keepinspiring.me
2. fanpop.com

Friday, January 2, 2015

Delirium "Kota Tanpa Cinta" [Novel Terjemahan]

Delirium
Kiri ke kanan: Cover Novel versi Mizan; Seri Lengkap Delirium dalam bahasa aslinya; Tv Movie
Judul: Delirium [Trilogi]
Penulis: Lauren Oliver
Penerjemah: Vici Alfanani Purnomo 
Cetakan: Pertama, Desember 2011
Tebal: 518 halaman
ISBN: 978-979-433-646-5
Penerbit: PT Mizan Pustaka

Delirium adalah istilah medis yang berarti gangguan fungsi otak yang menyebabkan kebingungan dan perubahan dalam kewaspadaan, perhatian, pikiran dan penalaran, ingatan, emosi, pola tidur dan koordinasi. Gejala-gejalanya dapat dimulai tiba-tiba dan disebabkan beberapa jenis masalah medis. (http://kamuskesehatan.com/arti/delirium/. Akses 2 Januari 2015) Sementara menurut KBBI online, delirium ialah gangguan mental yang ditandai oleh ilusi, halusinasi, ketegangan otak, dan kegelisahan fisik. (http://kbbi.web.id/delirium. Akses 2 Januari 2015)

Istilah inilah yang menjadi dasar pembuatan judul novel trilogi karangan Lauren Oliver ini. Delirium merupakan seri pertama, yang diikuti dengan 2 seri utama lainnya, yakni Pandemonium dan Requiem. Ditambah 4 seri pelengkapnya, Hana, Annabel, Raven dan Alex.

Sejauh ini di Indonesia, baru terjemahan Delirium dan Pandemonium yang diterbitkan oleh Penerbit Mizan Pustaka.

***

Novel ini mengisahkan tentang Lena Halloway, gadis SMA yang tinggal di sebuah kota tanpa cinta bernama Portland, Amerika Serikat. Selama 64 tahun sudah, pemerintah kota Portland mengidentifikasi cinta sebagai sebuah penyakit yang mematikan, yang selayaknya dihapuskan dari sistem kehidupan manusia.

Lena adalah seorang gadis biasa dengan penampilan, kecerdasan dan latar belakang keluarga yang biasa-biasa saja. Kelebihannya hanya satu, ia pandai berlari. 95 hari sebelum dirinya tepat berusia 18 tahun, Lena tidak sabar menanti hari dimana ia akan "disembuhkan" dari penyakit itu-amor deliria nervosa. Penyakit yang menjangkit manusia hingga mereka menjadi lupa diri dan hilang akal. Penyakit yang masih mengalir di darahmu sampai kau berumur 18 tahun. Karena penawarnya hanya bekerja pada mereka yang sudah mencapai usia dewasa. Penyakit yang bagi Lena membuatnya kehilangan ibu yang sangat dikasihinya, bunuh diri demi mempertahankan cinta.

Pertemuan dengan seorang pemuda penjaga laboratorium bernama Alex kemudian mengubah pandangan Lena terhadap kota yang selama ini ditinggalinya. Pandangan Lena tentang pemerintah yang melindungi dan regulator yang menjaga keamanan warga Portland, seketika musnah saat Lena terjangkit deliria. Ia jatuh cinta.

Cintanya pada seorang invalid (sebutan untuk orang yang lahir di alam liar dan menentang prosedur penyembuhan), membuat perjalanan cinta Lena tidak mudah. Lena yang tadinya patuh dan selalu taat aturan jadi sering berbohong pada bibinya, Carol. Dibantu Hana, sahabat terbaiknya yang lebih dulu tertarik pada simpatisan, Lena melewati hari-hari sebelum prosedur penyembuhannya dengan menikmati gejala deliria.

Sampai akhirnya, Lena menemukan fakta bahwa ibunya masih hidup. Ibu yang disangkanya sudah meninggal ternyata selama ini ditahan di penjara Kriptus (penjara bawah tanah untuk menjalani hukuman seumur hidup tanpa pembelaan sedikit pun). Kunjungannya ke bangsal enam, tempat ibunya ditahan dan berhasil kabur, mengukuhkan hatinya untuk kabur bersama Alex ke alam liar selamanya. Ia jijik kepada kota yang selama ini memberinya rasa aman, ia muak pada kebohongan-kebohongan yang dijejalkan pemerintah kotanya selama ini.

Berhasilkah Lena dan Alex kabur ke alam liar? Sementara seluruh kota dipagari kawat listrik bertegangan tinggi. Ditambah para regulator yang terus menerus berpatroli di jalan-jalan kota Portland dan siap melumpuhkan siapa saja yang berupaya kabur. Bisakah Lena kabur ke alam liar sebelum cinta dihilangkan sama sekali dari darahnya?

***

Novel Trilogi Delirium karya Lauren Oliver termasuk karya tulis fiksi bergenre distopia. Distopia adalah lawan kata dari utopia yang menggambarkan kondisi kehidupan yang secara ekstrim buruk akibat adanya kekurangan, penindasan, ataupun teror dari pemerintah yang totaliter, diktator atau otoriter. Kehidupan ekstrim yang digambarkan dalam novel fiksi ini ialah kota dimana cinta dianggap sebagai penyakit yang mengganggu kelangsungan atau kestabilan hidup manusia. Orang yang jatuh cinta dianggap binatang dan dibiarkan hidup menggelandang layaknya hewan. Tanpa cinta, orang tidak perlu merasa rindu, sakit karena patah hati maupun peduli akan ikatan antar sesama manusia. Seiring menghilangnya gejala cinta, rasa benci juga lenyap. Dunia menjadi damai, kriminalitas menurun dan tiada perang. Tanpa disadari, mereka hidup seperti robot, tanpa pilihan. Dan mereka hidup di bawah rasa takut akan hukuman jika sampai menampakkan gejala-gejala deliria kembali. Warga Portland laksana burung di dalam sangkar.

Novel yang menarik, dengan penulisan yang apik dari Lauren Oliver. Penggambaran situasi yang detil. Bahasa berbunga-bunga khas novel yang mengesankan untuk dibaca, tanpa terasa terlalu bertele-tele atau dibuat-buat. Penerangan yang logis akan setiap perasaan karakternya. Literasi yang bagus.

Sayangnya, fakta-fakta mengenai asal usul penyakit amor deliria nervosa sendiri tidak jelas. Tidak ada penjelasan pasti mengenai penyebab pemerintah kota Portland memagari diri dari kota lain dan mengidentifikasi cinta sebagai penyakit dan kriminalitas. Lalu dari mana datangnya para invalid? Bagaimana bisa ada orang-orang yang menolak prosedur penyembuhan dan tetap bertahan hidup sebagai warga yang terdaftar di Portland? Padahal penjagaan sedemikian ketat.

Selain itu, beberapa keberuntungan yang diperoleh para pemeran utama juga dirasa kurang masuk akal atau terlalu dipaksakan. Contohnya pada malam-malam Lena mengendap-endap menuju Dataran Tinggi Deering untuk menyelamatkan sahabatnya dari regulator yang sedang razia. Ia selalu berhasil bersembunyi dari pengawasan regulator. Kemudian saat razia benar-benar terjadi di Deering, Lena yang berlari menghindari regulator berhasil selamat sekali lagi dengan bantuan Alex. Tidak tahu dari mana Alex muncul. Diceritakan bahwa kaki Lena tergigit anjing pelacak regulator, dan berdarah cukup banyak. Bagaimana mungkin darahnya tidak menetes selama pelarian ke gudang? Dan bagaimana mungkin anjing pelacak itu tidak bisa mengendus bau darahnya? Walau memang dijelaskan juga bahwa Alex membawa Lena bersembunyi di gudang yang bau guna menghilangkan jejak.

Secara keseluruhan, novel ini menarik untuk dibaca. Terutama bagi kalian pecinta novel distopia seperti Hunger Games dan Divergent. Gaya bahasa dan literasi yang baik dari Lauren Oliver dijamin mampu membuai pembaca terlelap dalam imajinasi yang disajikan Delirium. Selamat membaca! ^^v

Sunday, December 28, 2014

Novel Korea [Terjemahan]: 18 vs 29

18 vs 29
Kiri: Novel Terbitan Qanita
Kanan: Serial TV
Judul: 열여덟 스물아홉 (18 vs 29)
Penulis: Ji Su-Hyun
Cetakan: Ketiga, Oktober 2013
Tebal: 314 halaman
ISBN: 978-602-9225-85-3
Penerbit: Qanita [PT Mizan Pustaka]

Setelah menikah 2 tahun, tiba-tiba saja Yoo Hye Chan meminta cerai dari suaminya, Kang Sang Yeong. Alasannya sederhana, karena ia muak dikatai sebagai penyihir. Julukan yang ia dapatkan gara-gara popularitas suaminya sebagai aktor tampan nomor wahid di Korea Selatan. 

Sang Yeong sendiri kebingungan akibat ulah istrinya. Bagaimanapun alasan Hye Chan tidak masuk akal baginya. Namun Hye Chan tetap berkeras ingin pisah, bahkan ingin melupakan namanya.

Dalam perjalanan menuju pengadilan, Hye Chan menyetir sambil membayangkan masa lalunya dengan Sang Yeong. Sampai tiba-tiba seorang anak kecil lewat di depan mobilnya. "Astaga!" Hye Chan berusaha membanting setir. Ia bersyukur peristiwa itu dapat dihindari. Tapi sayang, ia tidak dapat menghindari pohon besar di ujung jalan. 

"Apa kau bisa hidup tanpaku?" itulah kata terakhir Sang Yeong yang terngiang di benak Hye Chan sebelum ia hilang kesadaran sepenuhnya.  (hlm. 15)

Kala itu Sang Yeong sedang syuting. Teleponnya berdering. Tak lama setelah mengangkat telepon, wajah Sang Yeong menjadi tegang. Kemudian Sang Yeong pergi meninggalkan lokasi syuting begitu saja. Ia berlari mencegat taksi segera setelah mendengar Hye Won, adik iparnya mengabarkan bahwa kakaknya kecelakaan.

Sesampainya di rumah sakit, Sang Yeong kesal melihat Hye Chan tidur dengan pulas. Dia merasa seperti orang bodoh karena sudah meninggalkan lokasi syuting dan berlari secepat kilat ke rumah sakit. Rasanya ia ingin membangunkan istrinya yang sedang mendengkur itu. Namun, Hye Chan siuman sebelum ia sempat melakukannya. (hlm. 17)

Ketika istrinya bangun, alih-alih marah mendengar setiap ocehan ketus Sang Yeong. Hye Chan memandanginya dengan wajah bodoh dan berkata, "Maaf, Paman ini Siapa ya?"

***


Diadaptasi dari novel internet "4321 Days We Shared", novel ini mengisahkan tentang kehidupan pernikahan Hye Chan dan Sang Yeong yang tengah kandas. Namun sebuah kecelakaan yang merenggut 11 tahun terakhir ingatan Hye Chan membuka kesempatan untuk memperbaiki hubungan pernikahan mereka.

Pada tahun 2005, novel ini sudah difilmkan dengan judul yang sama (18 vs 29). Yoo Hye Chan dimainkan oleh aktris Park Sun Young. Sementara Kang Sang Yeong dimainkan oleh aktor Ryu Soo Young. Dengan beberapa perubahan alur cerita di sana-sini.

Drama komedi percintaan semacam ini memang menjadi andalan Korea Selatan. Alur cerita sehari-hari yang dikisahkan secara dangkal kalau dibandingkan dengan literatur sastra. Dimana permasalahan diselesaikan dengan amnesia, melupakan kejadian buruk untuk kemudian rekonsiliasi dengan orang yang dibenci. 

Alur cerita mudah ditebak, walau ada sedikit kejutan di akhir cerita soal jati diri Ji Won. Aktris cantik yang terang-terangan menempel pada Sang Yeong, meskipun ia tahu pria pujaannya itu sudah menikah. Beberapa adegan terkesan terlalu didramatisir alias tidak masuk akal. Bisa jadi karena penggambaran latar tempat kurang deskriptif.

Versi dramanya menyajikan alur yang lebih logis. Bagaimana kisah tidak hanya berputar pada perbaikan hubungan pernikahan Sang Yeong dan Hye Chan. Kisah sampingan yang realitis seperti daya pikir Hye Chan yang kekanak-kanakan, tagihan utang yang perlu dibayar Hye Chan -yang tentunya tidak sanggup ia bayar, karena merasa masih 18 tahun dan belum bisa mencari uang. Ada juga momen ketika Hye Chan sangat terkejut dan sedih saat mengetahui bahwa ibunya sudah meninggal. Bagaimana orang-orang disekitar memandangnya. Bagaimana gadis 18 tahun memantaskan diri dan bersosialiasi dengan orang-orang yang lebih tua darinya? Perbedaan teknologi antara tahun 90-an dan era milenium yang harus Hye Chan hadapi, serta pekerjaan Sang Yeong sebagai aktor yang terbengkalai demi menjaga sang istri yang hilang ingatan, semua celah ini lebih tergambar nyata dalam versi dramanya. Penulis sayangnya kurang mampu menggali sisi-sisi menarik dari situasi unik yang dialami tokoh utamanya.

Namun, patut diakui bahwa penokohan dalam novel jauh lebih kuat dan konsisten dibanding serial TV-nya. Terutama sangat terlihat pada karakter Sang Yeong atau Kang Bong Man (di serial TV), yang mana karakter cool-nya lebih mengena di novel daripada serial TV. Pengemasan tokoh-tokoh dalam novel cenderung sederhana, hampir semua karakter berwatak protagonis. Berbeda dengan versi dramanya yang memuat lebih banyak konflik.