Kata
krisis merupakan suatu kata yang sudah umum diketahui masyarakat. Sebut saja
misalnya, krisis keuangan, krisis politik, krisis budaya, krisis moral, krisis
kepercayaan, krisis moneter, krisis ekonomi global, krisis Suriah, krisis
Ukraina, krisis air bersih dan lain sebagainya. Sedemikian banyak ragam kata
krisis dipadukan dengan kata-kata lain. Ketika bicara soal krisis, kaitannya
erat pula dengan konflik.
Kata
krisis sendiri berasal dari Bahasa Yunani yang berarti keputusan. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI), krisis didefinisikan sebagai keadaan yang
berbahaya; parah sekali; keadaan yang genting; kemelut; keadaan yang suram;
saat yang menentukan dalam cerita atau drama ketika situasi menjadi berbahaya
dan keputusan harus diambil. Ahli sejarah menjelaskan krisis sebagai ”turning point in history/life”, suatu
titik balik dalam kehidupan yang dampaknya memberikan pengaruh signifikan, ke
arah negatif maupun positif, tergantung reaksi yang ditunjukkan oleh individu,
kelompok masyarakat atau suatu bangsa.
Steven Fink
mendefinisikan krisis sebagai:
"A crisis is an unstable
time or state of affairs in which a decisive change is impending-either one
with the distinct possibility of a highly desirable and extremely positive
outcome, or one with the distinct possibility of a highly undesirable outcome.
It is usually a 50-50 proposition, but you can improve the odds".
(Krisis
ialah suatu waktu atau keadaan tak stabil dimana perubahan yang menentukan akan
datang-baik dengan kemungkinan yang berbeda dari hasil yang sangat diinginkan
dan sangat positif, maupun dengan kemungkinan berbeda dari hasil yang sangat
tidak diinginkan. Selalu ada kesempatan 50 banding 50, tetapi Anda dapat
meningkatkan keganjilannya.)
Institute of Crisis Management mendefinisikan suatu krisis
sebagai berikut:
“A significant business
disruption that stimulates extensive news media coverage. The resulting public
scrutiny will affect the organization’s normal operations and also could have a
political, legal, financial and governmental impact on its business”.
(Sebuah gangguan bisnis
yang signifikan yang merangsang liputan
media yang ekstensif. Hasil
pengawasan publik akan memengaruhi operasi normal organisasi dan juga bisa
memiliki dampak politik, hukum, keuangan
dan pemerintah pada bisnis tersebut.)
Jadi, krisis ialah
suatu masa atau kondisi genting yang memungkinkan terjadinya suatu perubahan
yang signifikan kearah yang lebih baik maupun kehancuran, tergantung dari
keputusan yang diambil.
Terdapat tiga pendekatan dalam situasi krisis:
- Hindari Krisis
Pada dasarnya, krisis adalah situasi dan kondisi yang tidak
dapat dihindari. Akan tetapi, krisis bisa dicegah atau diminimalisir dampaknya.
Krisis air bersih misalnya, dapat dicegah dengan pengelolaan sumber daya air
yang tepat guna. Pemerintah mampu melalui kebijakannya melakukan upaya-upaya
penyelamatan lingkungan.
Dalam sebuah perusahaan, menghindari krisis misalnya dapat
diupayakan dengan mengonstruksikan iklim komunikasi organisasi yang baik,
mengutamakan kesejahteraan pegawai dan konsumen.
- Tangani krisis dengan segera sebelum krisis semakin memburuk
Apabila krisis tengah terjadi, segera turun tangan untuk
memperbaiki keadaan. Jangan menghindar dari pertanyaan publik apalagi liputan
media. Cari tahu akar masalahnya sementara memberikan penjelasan atau informasi
yang cukup kepada khalayak mengenai penyimpangan yang terjadi. Delegasikan
penanganan kepada pihak yang mampu menanganinya, jangan malah memperkeruh suasana.
Ketika menghadapi krisis, penting bagi seseorang, institusi maupun negara untuk
tetap tenang dan rasional.
- Carilah cara untuk mengubah krisis menjadi sebuah kesempatan
Mencari cara atau peluang mengubah krisis menjadi suatu kondisi
yang menguntungkan adalah suatu hal yang sulit namun sangat diharapkan oleh
pihak yang sedang mengalami krisis. Optimisme menjadi kunci untuk mengendalikan
situasi dan mengubah krisis menjadi keuntungan yang menyenangkan.
Ketika krisis banjir melanda ibukota misalnya, saat jalan-jalan
tertutup genangan air dan kebutuhan pokok menjadi langka, ada saja orang-orang
yang memanfaatkan kondisi ini untuk mengais rejeki. Gerobak-gerobak disewakan
untuk mengangkut kendaraan roda dua maupun warga yang hendak mengarungi banjir
di daerah tersebut.
Selain itu, menangani krisis juga membutuhkan komitmen dan atau
tekad yang kuat untuk mendalami akar masalahnya dan melakukan upaya-upaya
solusifnya.
Doc. Slide Willy |
SIKLUS KRISIS
Terjadinya
krisis dapat digambarkan seperti sebuah siklus yang berarti, prosesnya terjadi
berulang-ulang.
Lima
tahapan dalam sikus hidup krisis adalah:
Tahap Pre-Crisis (sebelum krisis): Pre-crisis adalah kondisi sebelum sebuah krisis itu
muncul. Ia menunggu terjadinya suatu kesalahan kecil sehingga krisis dapat
terjadi. ‘Benih’ yang mulai tumbuh pada tahap ini dapat saja dianggap tidak ada
atau tidak diperhatikan oleh perusahaan karena beberapa aspek dalam perusahaan
seperti: kegiatan operasionalnya memang penuh resiko atau tidak adanya
perencanaan menghadapi krisis.
Tahap Warning (peringatan): Tahap ini dianggap sebagai salah
satu yang paling penting dalam daur hidup krisis bila tak mau dikatakan yang
paling penting. Di dalamnya, suatu masalah untuk pertama kalinya dikenali dan
dapat dipecahkan atau diakhiri selamanya, atau ia dapat berkembang dan mulai
menuju kepada kerusakan yang menyeluruh. Krisis dapat dengan mudah muncul pada
tahap ini karena ketakutan untuk menghadapi ‘badai’ atau ‘masalah’ dan
menganggapnya tidak ada. Reaksi yang umum terjadi pada tahap ini adalah
keterkejutan atau menyangkal dan merasa sudah aman.
Tahap Acute Crisis (akut): dimulai pada tahap ini, krisis
mulai terbentuk dan media (juga publik) mulai mengetahui adanya masalah.
Perusahaan dapat begitu saja menghindari atau tidak memberi perhatian pada
masalah, namun krisis sudah mencapai pada tahap ia harus dihadapi karena sudah
mulai menimbulkan kerugian. Saat inilah berbagai dokumen dan modul untuk
menghadapi krisis dikeluarkan dan digunakan. Saat inilah diketahui apakah staff
telah disiapkan pengetahuan mengenai manajemen krisis atau tidak. Jika tidak,
maka sudah terlambat bagi manajemen untuk memulainya dan menyelesaikan
masalahnya.
Tahap Clean-up (pembersihan): Saat masalah melewati tahap Warning tanpa diselesaikan, maka ia mulai
menyerang perusahaan dan kerusakan mulai timbul. Saat ini adalah waktunya untuk
memulihkan perusahaan dari kerugian
dan atau setidaknya menyelamatkan apa-apa yang tersisa dari sisa produk (jika
dapat diaplikasikan), reputasi, citra perusahaan, kinerja dan lini produksi.
Dalam pemulihan, sebuah perusahaan harus menghadapi hal-hal yang terkait dengan
hukum, media dan tekanan publik serta litigasi. Dari semua ini, perusahaan
dapat melihat dan belajar bagaimana krisis muncul dan memastikan hal tersebut
tak akan pernah terulang lagi.
Tahap Post-Crisis (sesudah krisis): Inilah tahap yang telah
disebutkan sebelumnya dimana sebuah perusahaan seharusya bereaksi saat suatu
krisis muncul ke tahap Warning.
Terjadilah krisis (jika tidak dihentikan sejak awal). Jika perusahaan
memenangkan kembali kepercayaan publik dan dapat beroperasi kembali dengan
normal, maka krisis secara formal dapat dikatakan telah berakhir.
Faktor-faktor penyebab krisis:
- Bencana alam
Tsunami yang melanda
Nangroe Aceh Darussalam pada 26 Desember 2004 silam masih menyisakan trauma
dibenak warga Aceh. Sekarang, setiap kali terjadi gempa besar dan air pasang,
warga NAD bukan main terpontang-panting menyelamatkan diri. Krisis psikologis
adalah salah satu dampak yang disebabkan bencana tsunami tersebut. Dampak
lainnya juga dirasakan oleh pemerintahan baru pada masa itu. 2 bulan setelah
SBY dilantik sebagai presiden Republik Indonesia bersama wakilnya Jusuf Kalla,
tsunami melanda Aceh. Akses ke NAD pun lumpuh total, pemerintah pun terpukul
oleh krisis ekonomi dan krisis penanangan bencana bagi rakyat Aceh pada waktu
itu. Hal serupa juga kini tengah dialami warga korban letusan Gunung Sinabung,
Kelud dan Slamet.
- Permasalahan mekanis
Faktor penyebab krisis ini
meliputi masalah-masalah teknis, seperti kerusakan peralatan, produk yang tidak
sempurna, kurangnya sumber daya alam maupun manusia, kekeliruan prosedur kerja
dan sebagainya.
- Kerusakan yang disebabkan oleh manusia
Kelalaian manusia atau
(human error) baik disengaja maupun tidak juga menjadi salah satu faktor
penyebab krisis. Merusak alam dengan melakukan penebangan liar, boros pemakaian
sumber daya dan pembakaran hutan mengakibatkan ketimpangan ekosistem. Alam pun
menjadi tidak lagi bersahabat.
Kerusakan lain yang
disebabkan oleh manusia yang dapat memicu krisis ialah perang dan konflik
berkepanjangan yang memakan banyak korban. Contohnya, krisis di Suriah yang
kini sudah berlangsung selama 3 tahun. Krisis yang diduga akibat konflik
sektarian antara kaum Sunni dan Syiah kian memanas dengan adanya campur tangan
Iran. 146 ribu jiwa sudah melayang menjadi tumbal keegoisan oknum yang bertikai
di Suriah.
- Keputusan Manajemen
Dalam hal terjadi krisis
dalam institusi manapun, keputusan untuk membalikkan kedudukan ada di tangan
seorang pemimpin. Mengolah krisis bukan hanya tugas PR atau tim manajemen
krisis. Pengambilan keputusan yang tepat akan membawa perdamaian dan
pengendalian krisis, sementara pengambilan keputusan yang buruk membawa citra
perusahaan dan segenap pekerja jatuh ke dalam jurang kehancuran.
Penyelesaian krisis dengan segera penting guna menghindari
konsekuensi-konsekuensi krisis. Berikut konsekuensi-konsekuensi yang dapat
disebabkan oleh krisis dari segi bisnis:
ΓΌ Intensitas permasalahan akan
bertambah.
ΓΌ Masalah akan dibawah sorotan publik
baik melalui media masa, atau informasi dari
mulut ke mulut.
ΓΌ Masalah akan menganggu kelancaran
bisnis sehari-hari.
ΓΌ Masalah menganggu nama baik
perusahaan.
ΓΌ Masalah dapat merusak sistim kerja
dan menggoncangkan perusahaan secara keseluruhan.
ΓΌ Masalah yang dihadapi disamping
membuat perusahaan menjadi panik, juga tidak jarang membuat masyarakat menjadi
panik.
ΓΌ Masalah akan membuat pemerintah
ikut melakukan intervensi.
"Sebelum memulai sesuatu, kesiapan adalah kunci dari kesuseksan" -HENRY FORD
"Kunci utama untuk berhasil adalah percaya diri. Kunci terpenting untuk meraih kepercayaan diri adalah persiapan" -ARTHUR ASHE
LANGKAH
PERTAMA MENGHADAPI KRISIS
1. Persiapan
adalah kuncinya
Krisis bisa datang tiba-tiba dan tak terduga seperti maling.
Ia tidak akan mengetuk pintu meminta ijin Anda untuk masuk dan mengobrak-abrik
rumah Anda. Oleh karena itu, kita lah yang perlu waspada dan berjaga-jaga.
Persiapkan diri dan institusi melalui strategi dan komunikasi dalam menghadapi
krisis. Persiapan yang matang memungkinkan krisis diolah menjadi keuntungan.
2. Yakinkan Anda mempunyai semua fakta
Kumpulkan sebanyak mungkin data dan informasi mengenai
krisis yang melanda. Berdasarkan data dan informasi tersebutlah kelak solusi
bisa dicapai. Data juga dapat dimanfaatkan sebagai bukti otentik bagi media
yang haus akan berita krisis tersebut. Demikian juga pada media massa, ketika
ada pihak-pihak yang menggugat pemberitaan mereka, terutama dalam kasus
pemberitaan investigasi, selama redaksi memiliki bukti-bukti yang kuat mengenai
laporannya tersebut, sengketa pers dapat dimenangkan oleh Dewan Pers.
3. Ambil
tindakan segera untuk meminimalisasi bahaya
Ketika krisis melanda, jangan
bersembunyi dari kejaran pertanyaan awak media. Hadapi dan jelaskan duduk
perkaranya. Berikan wawancara eksklusif bila perlu.
4. Katakan kebenaran
Jangan memcoba-coba menyembunyikan
atau membelokkan fakta yang ada. Informasi yang cukup dan logis meminimalisir
kemungkinan media mencari informan lain yang berakibat kesalahpahaman (false information).
5. Perlihatkan
bahwa Anda peduli dan tulus
Pada tragedi semburan lumpur Lapindo di Sidoarjo misalnya,
Group Bakrie seharusnya menunjukkan kepedulian yang tulus terhadap para korban
dan bertanggungjawab akan kesalahan prosedur kerja timnya.
Berikut adalah salah satu pernyataan dan sikap yang salah
dalam menyelesaikan krisis. Komentar Pemilik Lapindo Aburizal Bakrie terhadap korban lumpur lapindo menuai
kemarahan publik. Lantaran telah memenangkan kasus pertanggungjawaban semburan
lumpur panas di Sidoarjo di Mahkamah Agung, ARB lepas tangan terhadap nasib
para korbannya.
6. Jangan
pernah meremehkan kekuatan dari akal sehat
“Masyarakat sudah cerdas,” adalah ungkapan yang belakangan
popular di kalangan tokoh-tokoh pertelevisian di Indonesia. Jadi, cukup sudah
memakai cara lama membodohi publik. Literasi media memungkinkan khalayak
semakin aktif dan selektif memilih pemberitaan yang benar dan layak untuk
diikuti.
Najwa Shihab, wakil pemred Metro Tv pada kesempatannya
berbicara dalam seminar “Power of Journalism” di Fakultas Ilmu Komunikasi
Universtitas Tarumanagara pada Jumat, 7 Maret 2014 lalu bahkan menyatakan,
“saya lebih takut pada remote tv
daripada Surya Paloh.”
LANGKAH SELANJUTNYA
• Kendalikan situasi
• Analisa situasi dan kumpulkan
informasi
• Jangan
membesar-besarkan isu melebihi kenyataannya atau membiarkan orang lain
melakukannya
• Beritahukan pihak keluarga dari
orang-orang yang terlibat
• Pastikan
publik internal terinformasi dengan baik
• Berkomunikasi dengan media : termasuk komunikasi eksternal.
Ada
3 bagian dalam perusahaan yang berperan menghadapi krisis:
- Operational People
- Manajemen Lini atas
- Communication People
REFERENSI
Make
Dreams A Reality. (2011, 26 Oktober). Kata-Kata Bijak [online]. Terdapat
di: http://succesnumberone.blogspot.com/. [Akses: 18 Maret 2014].
Nova, Firsan. [2011, 30 September]. Firsan’s Corner [online]. Terdapat di: www.firsannova.blogspot.com. [Akses: 18 Maret 2014].
Ika.
[2012, 9 Juni]. Komentar Aburizal Bakrie terhadap Korban Lumpur Lapindo Menuai
Kecaman [online].
Terdapat di: http://sidomi.com/104982/komentar-aburizal-bakrie-terhadap-korban-lumpur-lapindo-menuai-kecaman/.
[Akses: 18 Maret 2014].