Keluarga Kristen Palalangon
<3 Hari 2 malam>
( Kamis, 4 Maret 2010 – Sabtu, 6 Maret 2010 )
SMAK Methodist XXI @ Gereja Palalangon |
Palalangon adalah
sebuah desa kecil, di mana semua penduduknya beragama Kristen. Di desa inilah
saya dan teman – teman mengadakan ret – reat yang bertema ” Live in Palalangon
”.
Di Palalangon kami
tinggal di rumah penduduk. Wow... benar – benar suatu pengalaman pertama bagi
kami tinggal di rumah orang yang belum kami kenal. Kebanyakan rumah di sana
masih sangat sederhana, tidak terkecuali rumah kami. Cecillia, Flora, dan saya tinggal di rumah
Ibu Widya M. Markasan. Ibu kami jarang sekali berada di rumah. Sewaktu kami
tiba saja, Ibu belum pulang. Jadilah kami di antar oleh tetangga terdekatnya.
Ibu Widya sejak lahir memang sudah tinggal
di Palalangon dan beragama Kristen Protestan. Setelah lulus SMA, Ibu menikah
dengan pak Iman Sutrisna.
Pernikahan ini dikaruniai dua orang anak, 1 anak perempuan bernama Isna dan 1
anak lelaki bernama Anjar.
Ibu kami adalah seorang guru di sebuah SDN
pedalaman jauh dari tempat tinggalnya, sekitar 4 jam perjalanan jauhnya. Hal
inilah yang menyebabkan jarangnya Ibu berada di rumah. Setiap Senin Ibu pergi
mengajar dan baru pulang pada hari Jumatnya. Selama hari – hari mengajarnya
itu, Ibu tinggal di sekolah tersebut dengan seizin Kepala Sekolah setempat.
Sekarang Ibu tinggal bersama kedua orang
anaknya. Suaminya sudah berpulang ke rumah Bapa di Surga. Semasa suaminya
hidup, Ibu selalu pergi bekerja diantar suaminya.
Menurut saya, Ibu Widya adalah Ibu yang
gigih dan tegar. Beliau juga merupakan hamba Tuhan yang setia dan berserah.
Berdasarkan kisah yang kami dengar tentang Ibu Widya dari Kakak iparnya, saya
semakin yakin dengan pendapat saya ini. Kisahnya, selama 1 tahun terakhir ini
Ibu Widya mengalami cukup banyak pergumulan dalam hidupnya. Pertama,
suaminya meninggal karena sakit jantung pada tanggal 4 Oktober 2009 di usianya
yang ke-43 tahun. Kedua,
Isna sempat mengalami kecelakaan motor tabrak lari yang mengakibatkan
diamputasinya jempol kaki Isna. Hal ini bahkan membuat Ibu harus mengocek saku
nya lebih dalam. Ketiga, Anjar sempat terjatuh dari pohon yang cukup tinggi,
akibatnya Anjar pingsan dan menderita luka ringan pada kepalanya. Terakhir, hal
ini terjadi saat kami bermalam di sana.
Kami mendengar bahwa Ayah Ibu harus dilarikan ke Rumah sakit dan harus
diamputasi kakinya.
Menghadapi semua itu, saya melihat Ibu
tidak menjadi kacau dan menyalahkan Tuhan. Ibu juga tidak pernah terlihat
mengeluh. Ibu bahkan tetap ramah dan penuh sukacita menyambut kehadiran kami.
Selain Ibu Widya, kami juga berkenalan
dengan Ibu mertua dan kakak ipar Bu Widya. Kakak ipar Bu Widya bernama Ibu Mimi
Kurniati. Beliau adalah seorang ibu rumah tangga, suaminya seorang
wiraswastawan di Jakarta.
Suaminya pulang sebulan sekali.
Bertolak belakang dengan pergumulan yang di
alami Ibu Widya, Ibu Mimi beberapa waktu yang lalu justru baru saja merasakan
anugerah dan mukjizat Tuhan dalam hidupnya. Ibu Mimi sempat
mengalami koma tiga hari tiga malam di Rumah Sakit Imanuel. Beliau pun berdoa
sepenuh hati, memanjatkan Doa Bapa kami terus menerus pada masa itu. Ibu Mimi
juga sempat mengalami kesalahan diagnosa pada penyakitnya, kabarnya Ibu Mimi
mengalami kerusakan pada paru –parunya, akan tetapi ternyata malah mengalami
gangguan pada ginjalnya. Alhasil, sekarang ini Ibu Mimi benar – benar bersyukur
pada Tuhan atas kesembuhan dan pemulihan yang telah diterimanya.
Keluarga Kristen di
Palalangon sebagian besar tinggal bersama – sama, maksudnya sekompleks gitu.
Hubungan kekeluargaan jadi terasa sangat dekat di sana. Setiap minggu semua
warga bersama – sama beribadah di gereja. Pada hari – hari biasa sebagian besar
keluarga juga melakukan saat teduh dan renungan setiap sore bersama – sama di
rumah masing - masing.
Gereja Palalangon
berdiri sekitar tahun 1902. Walaupun dulu gerejanya sempat mau dibakar para
warga muslim sekitar, tetapi sekarang ini hubungan dengan warga Muslim di
sekitar desa sudah membaik.
Banyak pelajaran yang
saya dapatkan selama tinggal di Palalangon. Walaupun hidup sangat sederhana,
asalkan Tuhan dan cinta keluarga beserta kita, sesulit apapun rintangan yang
datang menghadang, yakin dan percayalah bahwa kita pasti bisa menghadapinya.
Saat menghadapi masalah, kita harus selalu berserah dan yakin pada Tuhan. Kita juga harus
selalu bersuka cita dalam Tuhan. Amin. ^^v
Mmmm...terus soal
perbandingan antara keluarga Kristen pada umumnya dengan keluarga Kristen di
Palalangon. Dalam kasus ini, yang dimaksud adalah keluarga Ibu Widya.
Keluarga Kristen
Menurut Alkitab,
keluarga adalah tempat manusia beranak-cucu dan bertambah. Itulah tempat orang-orang diajarkan
takut kepada Allah, dan belajar serta ingat apa yang Dia katakan (Ul
6.4-10).
Rumah tangga Kristen
mempunyai peran penting sekali dalam maksud Allah, karena hubungan di rumah tangga juga
hubungan dalam keluarga jemaat. Dalam rumah tangga itulah beberapa segi dari
kehidupan Allah harus diasuh.
Membesarkan anak-anak adalah tugas bagi
rumah tangga. Mengajarkan anak-anak akan iman adalah tugas orang tua sebelum
tugas jemaat. Hubungan di tempat kerja bagi keluarga yang mempekerjakan adalah
tanggung-jawab keluarga sebelum tanggung-jawab negara.
Jadi salah satu tugas penting
sekali bagi pemimpin rumah tangga adalah pertama-tama mengerti apa keluarga
mereka, dan bagaimana mencocokkannya dalam maksud Allah. Yang kedua mereka
harus berusaha keras memajukan tugas-tugas utama keluarga:
Saling tunduk, yaitu
saling berlaku dengan cara menerima pertanggung-jawaban penuh atas peran mereka
yang berbeda.
Saling membangun dalam
iman Kristus
Mengajar anak-anak
mereka dan orang lain yang tinggal di rumah agar mereka dapat mengenal Kristus.
Memelihara kelakuan di
rumah tangga yang sesuai dengan kesalehan dan ukuran yang diterima pada
umumnya.
Menurut saya,
keluarga Ibu Widya merupakan Keluarga Kristen yang biasa saja. Dalam artian
tidak fanatik dan muluk – muluk. Setidaknya keluarga Ibu Widya dibangun atas
dasar kasih dan sebagai orang tua, Ibu Widya sudah menjalankan kewajibannya
dengan baik, yaitu dengan mengajarkan dan mengenalkan tentang kasih Tuhan
kepada anak – anaknya.
boleh minta route nya utk ke desa palalangon ini??
ReplyDeleteMaaf, saya kurang tahu jalan. Coba dari google maps sepertinya bisa. Lokasinya di Bandung.
DeleteBisa minta kontak.personal ny gk kl misal.qt mw.melayani dsna mesti bicara dg bapak/ibu siapa ?
ReplyDeleteTx Gb
Maaf, saya waktu itu hanya ikut kegiatan sekolah saja. Karena sekolah saya menjadi salah satu donatur di sana. Coba hubungi admisi SMA Methodist Jakarta Utara: 021-6620212.
DeleteAtau Anda bisa tanya pembuat artikel ini: http://www.kompasiana.com/jokoprihanto/palalangon-potret-komunitas-kristen-di-tatar-sunda_54ff234ba33311474350fb1e
Semoga berhasil.
Terima kasih atas kunjungannya.