Belakangan ini saya kecewa sama kata-kata, sama buku-buku, sama semua bacaan.
Jendela-jendela ini menampakkan padaku betapa buteknya dunia di luar sana.
Wajar saja jika hal-hal transendental yang metafis irasional semakin marak terjadi.
Wajar saja jika hal-hal transendental yang metafis irasional semakin marak terjadi.
jorumongso.wordpress.com |
"Buat apa platat-plotot? Itu bukan budaya kita," terang Gubernur D.K.I. Jakarta Joko Widodo pada kuliah umum "Pencitraan menuju Jakarta Baru" di auditorium lantai 3 gedung utama Universitas Tarumanagara.
Entah ini soal mahasiswa yang suka berdemo dan berorasi dengan mengganggu ketertiban umum atau menyindir oknum lain dalam badan pemerintahannya sendiri dan lawan-lawan atau pesaing politiknya. Kemudian saya baru paham setelah membaca http://forum.detik.com/komnas-ham-tantang-ahok-pulang-pergi-kerja-naik-krl-t704770.html?nd771104forum.
Namanya juga media online, tentu kita bisa lihat ada tautan-tautan lain yang eye catching disekitarnya. Well, berita-berita lain (PKS vs KPK, Masturbasi di kepala orang, dendam pembom Boston terhadap AS; kawin-cerai; dll ) entah lebih baik atau lebih buruk. Intinya bikin otak makin keruh, pun hati ikut lumpuh.
Bukan maen emank makhluk-makhluk yang notabene-nya paling sempurna di antara makhluk lainnya ini. Terbuat dari apa sebenarnya makhluk-makhluk ini? Koq lebih berbau daripada pupuk kandang, lebih variatif dan lengkap dibanding Ragunan, lebih berbisa daripada ular, lebih predatif daripada omnivor? Memang ajaib, makhluk ini makhluk berlebih. Mereka lebih segala-galanya ketimbang makhluk-makhluk lainnya yang ada dan diadakan.
"Saya ini ga ada istimewa-istimewanya koq. Biasa saja," ujar Jokowi. Bukan maksud mo sok skeptis. Apa daya, sekali lancung ke ujian. Walaah..mungkin bukan Anda, mudahan-mudahan bukan Anda. Tapi judulnya saja sudah pencitraan. Wong sing kredibel cuma Yang Maha Kuasa saja lah, pusing owe.
No comments:
Post a Comment